KH Marsudi Suyud: Demo Harus Bawa Turis Bukan Teroris

Magelang – Borobudur Inspiration dengan tujuan menebar perdamaian, cinta kasih, serta menangkal radikalisme agama dan radikalisme politik, digaungkan oleh tokoh lintas agama. Borobudur Inspiration ini diharapkan mendunia dengan pesan perdamaian itu.
Borobudur Inspiration ditandai dengan cara bergandengan tangan para tokoh lintas agama seusai Borobudur International Conference di Pelataran Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, Minggu (7/5/2017).

Para tokoh lintas agama yang hadir adalah Ketua PB NU, KH Marsudi Suyud, Pendeta Albertus (tokoh agama Kristen), Franz Magnis Suseno (tokoh agama Katholik), Mayjen purn TNI Wisnu Bawa Yenaya (tokoh agama Hindu), Bhikkhu Santacitto (Tokoh Agama Budha) dari Kyabje Dagri Rinpoche (dari Nepal).

Pada kesempatan itu, Marsudi Suyud mengajak bangsa Indonesia untuk belajar dari pengalaman Timur Tengah. Di mana terjadi peperangan antarumat beragama da seagama, serta suku bangsa. Perang atas nama agama, ternyata bukannya membawa perdamaian dan kemajuan, sebaliknya membawa kehancuran dan kematian.

“Perperangan antarumat beragama, dan umat seagama bisa kita lihat di Timur Tengah dari dulu sampai sekarang tidak juga selesai. Lihat Indonesia dengan berbagai macam perbedaan tetap nyaman dan harmonis. Beda pendapat itu wajar, namun beda pendapatan bisa melahirkan permusuhan. Inilah yang harus kita atasi bersama,” kata Ketua PB NU tersebut

Dikatakan, setiap anak bangsa boleh melakukan demonstrasi, karena diperbolehkan UU. Namun, demonstrasi haruslah mengundang tourism (wisatawan) bukan terorism (terorisme). Sebanyak 13,9 persen umat Muslim dunia ada di Indonesia. Dengan adanya Candi Borobudur sebagai ikon agama Buddha, nyatanya masyarakat Indonesia tetap nyaman hidup berdampingan.

KH Marsudi Suyud juga membenarkan ada sebagian kelompok masyarakat ingin mengubah Indonesia karena pengaruh asing. Namun, dia menegaskan bahwa rasa kebersamaan masyarakat Indonesia sangat kuat.

“Berkaca pada konflik di negara-negara Timur Tengah yang tidak kunjung selesai, maka semua pendatang baru di Nusantara, harus mampu beradaptasi dengan keberagamaan agar mampu hidup damai bersama-sama,” tegasnya.

Sedangkan, Romo Franz Magnis Suseno menilai Borobudur International Conference merupakan momentum untuk menunjukkan pada dunia, bahwa bangsa Indonesia sejak nenek moyang hingga di masa kini bisa hidup dalam kebersamaan.

“Saat ini bangsa Indonesia terancam oleh kelompok fundamental, yang tidak saja berbasis agama, tetapi juga kelompok non-agama. Mereka dengan masif melakukan gerakan politik penuh kebencian. Politik kebencian itu bisa dilawan dengan kebersamaan semua agama. Agama-agama mesti bersatu untuk menanggulangi bersama, menolak segala kebencian dan kekerasan serta memperjuangkan perdamaian,” kata Magnis Suseno.

Sementara itu, Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya menambahkan, Borobudur menjadi inspirasi bagi kekuatan persatuan, saling asah, asih, dan asuh. “Menjaga harmoni, menjaga Pancasila. Marilah kita selalu jaga keharmonisan bermasyarakat, dan kita harus bersatu padu menjaga NKRI,” kata mantan Danjen Koppasus itu seperti dilansir ‘suaramerdeka.com’ Senin (8/5/2017).