Ketika Kelompok Agama Minoritas Bergabung Hancurkan ISIS Di Irak

Baghdad – Kelompok-kelompok agama minoritas di wilayah Utara Irak rupanya turut memainkan peran penting dalam membredel ISIS. Seperti diketahui, kelompok teroris internasional ISIS tengah menderita lantaran serangkaian kekelahan yang mereka alami selama peperangan memperebutkan Raqqa dan Mosul. Bahkan akibat kekalahan ini, petinggi-petinggi ISIS –termasuk Abu Bakar al Baghdadi—kabur untuk menyelamatkan diri meninggalkan pasukannya di medan perang.

Baca: Tahu Akan Kalah Petinggi ISIS Ramai – Ramai Tinggalkan Raqqa

Dikutip dari foxnews.com, Jumat (10/03/17), kelompok-kelompok agama minoritas seperti Kristen Syiria, suku Yazidi, Turkmen, dll, bergabung dengan pasukan militer untuk mengalahkan ISIS. Kelompok-kelompok minoritas ini berjuang untuk merebut kembali kawasan mereka yang sebelumnya dikuasai oleh ISIS. Bagi mereka, satu-satunya cara untuk mengembalikan stabilitas di wilayah-wilayah yang kini mulai ditinggalkan oleh milisi ISIS itu adalah dengan mendirikan kawasan semi-otonom atau provinsi.

“Untuk pertama kalinya, kelompok suku dan agama minoritas di Irak bersatu dan menunjukkan pada dunia apa yang mereka mau,” ungkap Robert Nicholson, direktur eksekutif The Philos Project, “dan apa yang mereka inginkan? ‘kami ingin tinggal – tolong bantu kami’.”

Gabungan kelompok minoritas ini meminta pembentukan kawasan baru yang mereka sebut “Al Rafidein”, di kawasan baru ini tiga provinsi akan tergabung di bawah payung yang sama. Ketiga provinsi tersebut adalah Sinjair, Tal Afar, dan Nineveh Plain. Saat ini, ISIS telah kehilangan kekuasaan di tiga wilayah tersebut, sehingga munculah pembicaraan terkait pengambilalihan kekuasaan ini.

“Kelompok minoritas di Irak ingin tetap tinggal di wilayah mereka, tetapi tidak sebagai korban untuk dikasihani. Mereka ingin menjadi penguasa atas takdir mereka,” Lanjut Nicholson.

Pada tanggal 3 Maret lalu, Al Rafidein mengajukan surat resmi ke pemerintah terkait keinginan mereka untuk berdaulat sebagai masyarakat yang merdeka. Dalam pembukaan suratnya, kelompok ini menyatakan bahwa mereka adalah penduduk asli Irak.

“Turkmen, Assyrians, Yazidi, Shabak dan kelompok minoritas lainnya adalah penduduk asli Irak… pasca pembunuhan massal, pembersihan etnik, penganiayaan, kekerasan dan ketidakadilan yang telah dan masih terjadi, kami atas nama organisasi bangsa Irak yang teraniaya memutuskan untuk bergabung dengan (pasukan, red) koalisi yang ada di Irak untuk bersama-sama membela keberadaan kami di negeri ini.”