Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan istrinya di depan para pendukung.

Keras pada teroris, Partai Erdogan kembali menangi pemilu Turki

Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) memenangi pemilihan umum Turki yang dihelat kemarin. Hasil penghitungan suara menunjukkan partai satu ideologi dengan Ikhwanul Muslimin itu meraih 49,4 persen suara atau setara 316 kursi dari total 550 di parlemen.

Berbekal hasil itu, AKP bisa membentuk pemerintahan mandiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain, seperti disampaikan Perdana Menteri Ahmet Davutoglu dalam pidato kemenangan di Kota Konya. Pawai pendukung AKP digelar di banyak kota seantero Turki.

“Tidak ada pemenang atau pecundang. Kita akan membangun kembali Turki yang baru bersama setiap warga,” ujarnya seperti dilansir Channel News Asia, Senin (2/11).

AKP selama 15 tahun terakhir mendominasi politik Turki. Presiden Reccep Tayyip Erdogan dan orang kepercayaannya, Davutoglu, adalah pimpinan partai bercorak Islam Konservatif tersebut.

Namun, dalam pemilu Juni lalu, AKP secara mengejutkan hanya memperoleh 42 persen suara, kehilangan status mayoritas. Sedangkan Partai Kemerdekaan Kurdi (HDP) meraih lebih dari 10 persen suara. Padahal Erdogan berambisi meloloskan undang-undang memperkuat wewenang jabatannya setara sistem presidensial di Amerika Serikat atau Indonesia.

Erdogan sempat berusaha membentuk koalisi dengan Partai Republik Rakyat (CHP), tapi gagal. Partai lain yang berhaluan tengah atau kiri ogah bergabung dengan AKP. Pemilu sela akhirnya digelar kembali November.

Pengamat politik dari Defence for Democracies, Aykan Erdemir, menilai AKP berhasil bangkit dalam pemilu sela ini karena serangkaian teror dan kekerasan empat bulan terakhir.

Sebelum pemilu, tentara Turki terus diserang militan Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang dianggap teroris. Belum termasuk ancaman Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) yang terus merongrong perbatasan mereka.

Ada juga insiden bom ganda di Kota Istambul menewaskan 95 orang yang disebut-sebut ulah militan khilafah. Rakyat melihat respon Erdogan maupun Davutoglu cukup keras pada para pelaku teror.

“Deretan kekerasan ini mengantarkan Erdogan kembali ke kekuasaan,” kata Erdemir.

Saat kampanye pun, Erdogan mengingatkan rakyat supaya tidak termakan serangan oposisi yang menyebutnya bukan pemimpin demokratis. Erdogan selama berkuasa berulang kali menahan aktivis tanpa pengadilan serta membredel pers. Politikus 61 tahun itu menyatakan Turki akan hancur karena terorisme bila AKP tidak dominan di parlemen.

“Pilih saya atau kekacauan,” kata Erdogan pekan lalu sebelum pencoblosan.

Sumber : Merdeka.com