Kekuatan Seni untuk Tangkal Radikalisme dan Terorisme

Semarang-Pencegahan terorisme merupakan tanggungjawab semua pihak. Berbagai elemen bangsa termasuk para seniman juga punya andil kuat dalam memerangi paham radikalisme dan terorisme.

“Komunitas seni diharapkan bergerak bersama elemen masyarakat untuk mencegah teroris”

Demikian tegas Budiyanto dalam sambutannya pada kegiatan Dialog Kebangsaan Pelibatan Komunitas Seni Budaya Dalam Pencegahan Terorisme yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah di Noormans Hotel, Semarang (28/9/2017). Kegiatan ini merupakan salah satu bidang kegiatan FKPT yang melibatkan para seniman maupun budayawan di Jawa tengah.

Dalam kegiatan tersebut hadir sebagai narasumber sastrawan dan seniman Fikar W. Eda dan Ahda Imran. Fikar, seniman asal Aceh ini menceritakan kekuatan dari seni dan sastra.

Dia mengambil contoh puisi yang diwariskan secara turun-menurun oleh masyarakat Simeleu, Aceh. Salah satu puisi yang ia ceritakan tentang dahsyatnya bencana gempa dan tsunami yang menimpa Aceh waktu lampau.

“Dengan kearifan lokal tersebut, korban yang meninggal pada gempa dan tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 di Aceh menjadi minim. Padahal Simeleu menjadi pusat terjadinya gempa dengan kekuatan 8,5 skala richter.” Ujarnya.

Lulusan Pasca Sarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini juga memberikan contoh puisi lain yang berjudul Aman, yang dalam bahasa Aceh berarti damai. Puisi ini dibuat pada saat terjadinya pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di kota berjuluk serambi Makkah itu.

“Puisi ini sendiri kurang lebih menceritakan tentang perdamaian yang hilang pasca terjadinya pemberontakan DI/TII. Sang penyair menggambarkan harapan perdamaian yang dirindukan masyarakat Aceh kala itu.” Ujar Fikar

Sementara itu, Ahda Imran, sastrawan asal Bandung juga menjelaskan bahwa seni memiliki kekuatan seperti pisau. Seni layaknya agama, memiliki fungsi seperti pisau.

” seni bisa digunakan ibu-ibu untuk memotong daging, atau bisa digunakan pula oleh orang gila atau orang tak bertanggung jawab untuk menyerang, melukai atau membunuh orang lain” ujar Ahda.

Karenanya, seni harus dimanfaatkan kepada hal positif untuk kepentingan bangsa, salah satunya pencegahan terorisme. Seni dan sastra adalah kekuatan penting yang sangat berguna dalam menangkal penyebaran paham radikalisme dan terorisme.

Namun, memang adanya masalah dalam menyebarkan seni sebagai konten anti radikalisme dan terorisme. Erwin Sutopo, salah satu anggota Dewan Kesenian Jawa Tengah yang hadir dalam kegiatan tersebut menjelaskan bagaimana agar seni ini dapat masuk ke pemikiran anak muda.

“saat ini saja, masyarakat sudah sulit untuk diajak berkesenian sehingga memiliki jiwanya menjadi brutal” katanya.

Inilah tugas para seniman dan budayawan untuk memasyarakatkan seni dan sastra ke tengah masyarakat serta menjadikannya sebagai kekuatan produktif untuk kepentingan bangsa.