FKPT : Jangan Jadikan Jawa Barat Semakin Merah di Indeks Terorisme

FKPT : Jangan Jadikan Jawa Barat Semakin Merah di Indeks Terorisme

Cirebon – BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Barat, Kamis (9/8/2018), menggelar kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat di Kabupaten Cirebon. Masyarakat diajak untuk bersama-sama menghapus warna merah yang menandai Jawa Barat di indeks terorisme.

Ketua FKPT Jawa Barat, Yaya Sunarya, dalam sambutan pembukaan mengatakan, BNPT memasukkan Jawa Barat sebagai salah satu provinsi dengan klasifikasi merah di indeks terorisme yang artinya sangat mengkhawatirkan. Semua lapisan masyarakat disebutnya memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjadikan Jawa Barat semakin baik.

“Jangan sebaliknya menjadikan Jawa Barat semakin merah,” kata Yaya.

Terkait warna merah di indeks terorisme tersebut, lanjut Yaya, penelitian yang dilakukan FKPT Jawa Barat memang menunjukkan adanya istilah ‘5P’ sebagai pembenaran, yaitu ditemukannya perekrutan, pembaiatan, pelatihan, perbuatan, sampai persembunyian.

“Cermati kejadian terorisme di Indonesia, semua yang saya sebutkan tadi berkaitan dengan Jawa Barat. Tanggung jawab ada di diri kita masing-masing untuk menjadikan provinsi tak lagi menjadi basis terorisme,” urai Yaya.

Terkait kegiatan literasi digital yang dilaksanakan, dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam membedakan informasi benar dan bohong, serta mengajarkan pembuatan konten positif sebagai kontrpropaganda terhadap radikalisme dan terorisme.

“Pepatah mengatakan siapa yang menguasai informasi merekalah yang menjadi pemenang. Penting bagi kita untuk menguasai informasi yang benar, bukan bersifat bohong yang menyebabkan pertikaian,” tandas Yaya.

Kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat di Kabupaten Cirebon menghadirkan sejumlah pemateri berkompeten, antara lain Wakil Ketua Dewan Pers, Ahmad Djauhar, mantan narapidana terorisme Kurbia Widodo, Wakil Ketua Fahmina Institute, Marzuki Wahid dan CEO GEEVV Indonesia, Azka Asfari Silmi.

“Harapan kami literasi digital ini menjadikan masyarakat di Jawa Barat, khususnya Cirebon dan sekitarnya, menjadi semakin melek informasi dan bisa menghindarkan mereka dari bahaya radikalisme dan terorisme,” tutup Yaya.

Sebelum dilaksanakan di Cirebon, Jawa Barat, kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat sudah diadakan dan akan dilangsungkan di 31 provinsi lain se-Indonesia sepanjang tahun 2018. [shk/shk]