Deputi I BNPT: Berita Bohong (hoaks) bisa Memicu Sikap Radikal

Palangkaraya-Penyebarluasan paham radikal terorisme semakin meluas dengan pemanfaatan teknologi dan informasi digital. Strategi penyebaran hoaks ternyata juga didesain oleh kelompok teror untuk membunuh akal sehat masyarakat dalam upaya radikalisasi.

“Masyarakat dituntut selalu bertindak cerdas dalam menyaring informasi yang beredar, jangan sampai berita bohong menunggangi kondisi yang ada, yang pada akhirnya memicu lahirnya ketidakpercayaan kepada pemerintah dan sikap radikal”. Demikian ditegaskan oleh Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) saat memberikan sambutan pada kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat Melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Tengah, di Palangkaraya (11/10/2018).

Jenderal Bintang Satu Lulusan Akmil 1986 ini menyatakan upaya penyebarluasan paham radikal terorisme juga masih terus bermunculan dengan bungkus hoaks yang didesain untuk pembenaran. Beberapa waktu lalu misalnya, masyarakat digegerkan dengan beredarnya video berisikan jenazah Imam Samudera yang masih tampak utuh.

“Konten tersebut jelas sebuah berita bohong yang sengaja didesain untuk menjadi alasan pembenaran aksi terorisme, (padahal) yang mana pihak keluarga Imam Samudera sendiri telah memberikan keterangan, tidak benar ada aktifitas penggalian makam”. tegas Hendri.

Lebih lanjut Hendri menjelaskan ancaman terorisme di Indonesia belum surut. Potensi terorisme terus bermunculan sebagai alarm bagi masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya, kelompok pelaku terorisme justru tinggal di tengah masyarakat dan membaur dalam kehidupan kita sehari-hari.

“Hal ini menuntut kita untuk selalu mengedepankan kewaspadaan, tidak hanya untuk alasan keselamatan, melainkan juga mencegah tersebarluaskannya paham radikal terorisme”. Imbuhnya.

Dalam penanggulangan terorisme dibutuhkan suatu sinergi yang menyeluruh dan kuat antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, termasuk di dalamnya adalah aparatur di kelurahan dan desa. Hal ini menjadi penting penanggulangan terorisme tidak hanya memangkas pada wilayah permukaan saja tetapi mampu diamputasi hingga ke akar-akarnya.

Dalam konteks Kalimantan Tengah, Hendri menerangkan bahwa provinsi ini memiliki daya tarik tersendiri yang mengundang hadirnya pendatang. Dibutuhkan kerja-kerja strategis aparat keamanan yang ditopang peran aktif masyarakat. Tidak sebatas pengawasan terhadap orang dan barang yang dilakukan, melainkan juga ideologi dan informasi yang menyertainya harus bersama-sama disaring, terutama yang beredar di media sosial.

Dalam kegiatan ini, Mantan Dansatinduk Bais TNI ini, mengajak seluruh masyarakat, khususnya pegiat media massa dan media sosial, sebagai garda terdepan untuk senantiasa meningkatkan ketahanan diri dan masyarakat dari pengaruh paham radikal terorisme. Di samping itu, ia juga meminta masyarakat untuk membangun deteksi dini melalui kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

“Kami percaya pendekatan lunak adalah pilihan tepat untuk langkah pencegahan terorisme. Apa yang kita perlukan dalam menghadapi berbagai potensi ancaman tersebut tidak lain adalah kebersamaan. Itulah semangat yang harus tetap kita rawat dan pelihara bersama, yakni semangat kebersamaan dalam melawan dan mencegah terorisme”. pungkas Hendri.