Dai Muda Diharapkan Bisa Bendung Radikalisme

Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2017, Majelis Dakwah dan Pendidikan Islam (Madani) menggelar Audisi Dai Muda Indonesia (Adami) 2017. Dai muda yang ikut dalam audisi ini diharapkan dapat membendung rafikalisme dan menyebarkan Islam moderat. Seperti dikutip Republika.co.id, kegiatan yang diikuti ratusan peserta tersebut diadakan memang untuk menguatkan dakwah yang lebih sejuk, dan tidak provokatif di Indonesia.

“Saya kira respon kita ini juga untuk membendung radikalisme. Itu realitas masa depan kita itu di situ. Karena itu, makanya yang kita didik anak-anak muda. Kenapa audisi muda itu ya karena itu,” ujar Sekretaris Umum Madani, Syarifuddin usai acara penyerahan hadiah Adami 2017 di Pondok Pesantren Daarul Rahman, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad (22/10) malam.

Peserta yang mendapatkan juara satu dalam kompetesi ini yaitu Shivia Maryam (20) dan berhak mendapatkan hadiah umrah. Dalam acara penyerahan hadiah tersebut juga hadir Ketua Dewan Pembina Madani sekaligus Ketua Umum PPP, Romahurmuziy (Romi).

Menurut Romi, radikalisme sangat berbahaya bagi generasi bangsa, sehingga para dai muda harus terus mewacanakan pemahaman agama yang moderat. “Radikalisme berbasis agama adalah radikalisme paling berbahaya karena yang dijanjikan oleh agama adalah surga dan keabadian. Karena itu kita harus sama-sama mewacanakan pemahaman agama moderat,” ucap Romi sesusai acara.

Bahkan, menurut dia, Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar dunia wajib untuk terus mewacanakan Islam moderat ini. Bahkan, harus mengekspor ke seluruh belahan dunia Islam lainnya, sehingga agama hadir sebagai pendamai, bukan justru malah membuat ramai.

“Saya ingin juga mengajak kepada saudara kita yang masih memiliki pemahaman bahwa NKRI ini tidak lagi final dan kemudian bisa diganti atas dasar ajaran Islam dengan khilafah, maka marilah kembali kepada ajaran Islam yang wasathiyah, yang tengah-tengah, yang moderat, yang merangkul bukan memukul,” kata Romi.

Ia menambahkan, generasi milenial saat ini juga membutuhkan bahasa-bahasa yang lebih mudah diterima saat menyampaikan ceramahnya. Karena itu, menurut dia, pihaknya perlu melakukan pembibitan dai-dai muda ini, sehingga anak muda tetap gandrung dengan agama. “Kita berharap dengana adanya audisi dai muda ini bisa menghasilkan generasi-generasi pejuang di tengah ancaman yang hari ini kita hadapi bersama di Indonesia,” ujarnya mengakhiri.