Cara Islam Memandang Pesta Olahraga Asian Games

Islam merupakan agama yang tidak menyisakan satu persoalan umat manusia kecuali dibahas secara tuntas termasuk olahraga. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan ketentuan-ketentuan tersendiri untuk kesehatan jasmani. Dalam Islam ada tiga hal yang penting diketahui agar ketiganya tidak sia-sia dan bermanfaat bagi manusia. Pertama; akal, untuk mengetahui kebutuhannya adalah pengetahuan. Kedua;  hati untuk mencintai kebutuhannnya adalah kesopanan. Ketiga; jasad untuk bergerak, kebutuhannya adalah makanan dan minuman.

Ketiga hal ini harus diisi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Jika ketiga tersebut tidak penuhi kebutuhannya secara proporsional, maka tidak akan berfungsi. Akal tidak akan berfungsi untuk mengetahui sesuatu kecuali digunakan untuk membaca dan belajar, sementara hati tidak akan berfungsi untuk mencintai jika tidak dimnafaatkan untuk yang baik-baik seperti moral dan akhlak agar hati dapat mencintai dan dicintai dan jasad tidak akan berfungsi atau tidak akan bergerak jika tidak penuhi kebutuhannya dari makanan dan minuman.

Jasad merupakan salah satu yang paling penting diperhatikan agar dapat selalu bergerak sehingga menjalankan fungsinya dengan baik. Salah satu cara untuk membuat jasad aktif dan berfungsi dengan baik serta sehat adalah berolahraga setiap saat. Rasulullah Saw menjelaskan dalam sebuah hadisnya bahwa “sesungguhnya orang-orang yang paling dicintai adalah mereka yang dipercaya dan kuat mereka itulah yang paling baik” (HR. Bukhari Muslim).

Jasad yang kuat dan sehat sudah pasti akan dapat menjalankan tugas-tugas agama yang diberikan kepadanya. Sebaliknya jasad yang tidak sehat sudah pasti tidak akan dapat menjalankan tugas-tugas dan kewajiban agama yang diberikan kepadanya. Bahkan mereka yang sakit-sakitan dibebaskan dari kewajiban agama seperti puasa dan haji.

Beberapa jenis olahraga yang dianjurkan dalam Islam antara lain, memanah, renang, berkuda, gulat, lari dan jogging. Rasulullah sendiri sering melakukan hal tersebut karena dianggap sangat penting dalam menjaga keseimbangan tubuhnya termasuk memerintahkan istrinya Aisyah Ra agar juga melakukan yang sama.

Dalam berolahraga dan bertanding, Islam juga mengatur secara jelas mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Hal yang tidak membolehkan antara lain misalnya saling menyakiti antara sesama pemain, tidak menganiaya pemain lain, dan tidak mencari kemenangan tetapi semata-mata menjaga kesehatan dan persaudaraan dalam satu kegembiraan yang tidak berlebihan.

Jika kita memperhatikan pesan panitia Asian Games di Jakarta jelas bahwa tujuan utama pelaksanaan Asian Games ini adalah memupuk persaudaraan sesama bangsa Asia dan menunjukkan kepada dunia internasional bahwa masyarakat dan bangsa Asia mampu menjadi pioner perdamaian melalui pesta olahraga. Dalam Asian Games sebagaimana yang kita saksikan selama ini betapa banyak negara yang ikut telah menunjukkan betapa mereka mampu berdamai antara mereka. Misalnya  konflik yang terjadi di negara-negara Timur Tengah seperti antara Saudi Arabia dan Yaman semuanya hadir dan bertanding penuh persaudaraaan apalagi mereka sesama muslim. Begitupula Suriah dan Iraq yang ikut hadir dalam pesta ini memberikan gambaran kepada kita betapa mereka masih eksis dalam kehidupan mereka sehari-hari yang ditandai dengan kehadirannya pada pesta olahraga ini. Palestina yang kita dengar selama ini dalam konflik sehari-hari, mereka juga bisa hadir dengan penuh semangat sebagaimana delegasi negara-negara lain. Begitu pula dengan Korea Utara dan Korea Selatan yang juga menyatu dalam pesta olahraga kali ini.

Sungguh merupakan betapa olahraga mampu mendamaikan mereka yang bertikai dan membangkitkan semangat baru dalam kehidupan. Tentu hal ini memberikan dampak positif yang sangat tinggi bagi host country bahwa kita telah berhasil dan mampu menyatukan mereka yang bertikai dalam sebuah kegiatan olahraga yang cukup monumental ini.

Jika kita memperhatikan negara-negara Asia yang berpartisipasi dalam pesta oleh raga ini umumnya adalah berasal dari negara-negara muslim. Dari Asia Selatan misalnya hampir semua menggunakan pakaian-pakaian olahraga yang cukup santun dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan budaya yang dianutnya, bahkan tidak sedikit di antara mereka yang konsisten menggunakan pakaian yang Islami.

Hanya beberapa negara yang dapat dikatakan bukan berasal dari negara yang berpenduduk mayoritas Islam, tapi pesertanya pun tidak semuanya non muslim seperti Filipina dan India. Lalu kenapa kita mesti melarang orang menyaksikan pertandingan seperti ini? bukankah mendukung dan menyaksikan mereka sebagai bagian dari dukungan kepada kita sesama muslim. Wallahu a’lam.