Bom Bangkok, antara ulah ISIS atau konflik politik di Thailand

Merdeka.com – Lelaki berkaus kuning itu berambut hitam dan memakai kaca mata gelap cukup tebal. Dia tiba di kuil Erawan dengan menumpang angkutan tuk-tuk. Tak seorang pun memperhatikan dia. Lelaki itu hanya orang biasa yang menggendong ransel di salah satu persimpangan terpadat di Asia, tepatnya di Bangkok, Thailand.

Sesaat kemudian dia duduk di sebuah bangku dan dengan perlahan menaruh tas ransel berwarna hitamnya. Selang beberapa waktu dia memeriksa ponsel lalu berlalu begitu saja. Tapi kemudian dia berhenti. Dia terlihat menelepon seseorang. Dan beberapa saat kemudian dia meninggalkan kuil Erawan, berbaur lagi dengan warga di persimpangan jalan sambil membawa kantong plastik. Dia berjalan sambil terus memeriksa ponselnya.

Boleh jadi dia tidak menyadari gerak-geriknya terpantau kamera pengawas (CCTV) yang dipasang di sejumlah sudut. Beberapa menit kemudian dia menghilang dari pantauan, kemungkinan pergi naik ojek. Lalu suara menggelegar terdengar dan Bangkok mendadak jadi perhatian dunia.

Siapa lelaki itu sebenarnya? Situs atimes.com melaporkan, Rabu 919/8), polisi Thailand meyakini dialah pelaku pemboman Senin malam lalu yang menewaskan 22 orang dan melukai puluhan lainnya. Sepertinya memang tidak ada tersangka lain yang terlihat dari pantauan kamera CCTV.

Kepolisian Thailand menyatakan pelaku peledakan bom di Kuil Erawan, Ibu Kota Bangkok, tidak dilakukan sendirian. Selain tersangka yang sosoknya terekam kamera CCTV, ada orang lain diduga membantunya.

Juru bicara Kepolisian Thailand Prawut Thawornsiri mengatakan ada dugaan pelaku yang terekam kamera adalah warga negara asing. Sedangkan yang membantunya bisa saja warga asli Thailand.

“Tersangka lain yang kami yakini membantu aksi peledakan bom terus kami cari,” ujarnya seperti dilansir Channel News Asia, Rabu (19/8).

Lembaga Kajian Terorisme RAND, mengatakan pelaku kemungkinan bukan kubu Kaus Merah pendukung Thaksin Shinawatra seperti dituduhkan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.

“Aparat di Thailand perlu mencari kemungkinan pelaku terkait dengan ISIS atau insiden pemulangan warga Uighur beberapa waktu lalu,” kata peneliti RAND, Angel Rabasa. Thailand memang sempat mendeportasi puluhan warga Uighur ke China, karena masuk ke wilayah mereka tanpa visa.

Panglima militer sekaligus Menteri Pertahanan Udomdej Sitabur mengatakan bom pipa berukuran 3 kilogram di Kuil Erawan itu tidak cocok dengan taktik yang biasa dilakukan separatis muslim di selatan Thailand. Belakangan ini Thailand diguncang aksi penyerangan kelompok muslim pada 27 Juli lalu.

Meski pelaku dan motif penyerangan masih belum diketahui namun yang jelas peristiwa ini sudah menghantam kredibilitas kepemimpinan junta militer di Negeri Gajah Putih itu.

Pemerintahan junta militer Thailand mengklaim mereka sudah berhasil mengembalikan stabilitas nasional sejak gonjang-ganjing politik tahun lalu. Tapi nyatanya kestabilan macam apa ketika pemerintahan militer tidak bisa mendeteksi serangan terbesar di Bangkok kali ini?

sumber : merdeka.com