Biadab, ISIS Jadikan Wanita Yazidi Budak Pemuas Syahwat
Farida Abbas Khalaf

Biadab, ISIS Jadikan Wanita Yazidi Budak Pemuas Syahwat

Berlin – Kebiadaban perilaku kelompok teroris ISIS seperti tidak ada habisnya. Setelah beberapa waktu yang lalu diketemukan kuburan masal warga Mosul yang dibantai oleh ISIS. Kini seorang wanita dari suku Yazidi mengaku dijadikan budak pemuas nafsu selama dalam cengkraman ISIS. Wanita bernama Farida Abbas Khalaf, 22, itu akhirnya berhasil menyelamatkan diri.

Farida merupakan seorang pelajar yang ditangkap pada tahun 2014 ketika ISIS menyerbu desanya di wilayah Mosul, Irak. Menurut ceritanya semua laki-laki dibunuh termasuk ayah beserta kakaknya, sedangkan para wanita dan anak-anak dibawa ke wilayah yang mereka sebut sebagai “kekhalifahan” ISIS.

Farida mengatakan para anggota ISIS menganiaya dirinya. Dia bahkan dipaksa untuk menonton seorang gadis yang masih berusia delapan tahun diperkosa didepannya.

“Saya harus bersih-bersih, mencuci pakaian, memasak. Saya juga disalahgunakan sebagai budak seks,” kata Farida.

“Mereka memperlakukan saya dengan sangat tidak manusiawi. Selama pemerkosaan saya dipukuli. Dua bulan yang lalu saya tidak dapat bergerak,” ujarnya, seperti dikutip Daily Mirror yang diambil pada laman www.sindonews.com, Jumat (23/2/2018).

Perempuan Yazidi ini mengaku dijual berkali-kali dari satu anggota teroris ke anggota lainya. Dia pertama kali ditawarkan saat di pasar budak di Raqqa, Suriah.

Dia berhasil bertahan berkat kekuatan mentalnya dengan memikirkan nasib ayahnya yang terbunuh.

“Dia (ayah) selalu mengatakan kepada saya ‘Anda adalah seorang gadis yang kuat dan pemberani, apapun yang terjadi,” ujarnya, mengingat pesan ayahnya.

“Saya mencoba memikirkan kata-katanya, juga pelecehan terhadap gadis kecil itu yang memberi saya kekuatan untuk bertahan dalam pemukulan. Saya merasa sepertinya ayah bersama saya.”

Setelah empat bulan menjadi budak, Farida berhasil melarikan diri dengan lima wanita lainnya. Menurutnya, seorang pemimpin ISIS telah mengancam akan membunuhnya sehingga dia berpikir keras untuk melarikan diri.

“Kami tidak punya pilihan lain, kami melarikan diri pada malam hari. Di pagi hari kami mengetuk pintu rumah, tanpa mengetahui apakah ada orang yang tinggal di dalamnya,” katanya.

“Kami beruntung, orang-orang menampung kami selama tiga hari, tapi menginginkan uang, yang kami bayar nanti, kami bisa kembali ke Irak,” ujarnya.

Saat ini Farida tinggal di Jerman, di mana dia mencoba memulai hidup baru. Dia menemukan kebahagiaan baru setelah bertemu dengan Nazhan Alias Hassan, 23, seorang pria Yazidi yang baru saja mengajaknya bertunangan.

Saat ini, Farida aktif untuk LSM “Yazda”, kelompok yang mencoba menyeret para jihadis ISIS ke pengadilan. Kelompok itu juga berjuang untuk mendapatkan pengakuan internasional atas pembunuhan massal ISIS terhadap minoritas di Irak dan Suriah.