Benarkah Seni Bisa Menyelamatkan Hidup? Ini Kata Sastrawan

Kendari – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menjadikan seni dan sastra sebagai salah satu sarana dalam pencegahan terorisme, menyelamatkan kehidupan. Lantas, bagaimana seni dan sastra bekerja untuk tujuan tersebut?

Sastrawan asal Aceh, Fikar W. Eda, di kegiatan Dialog Pelibatan Komunitas Seni dan Sastra dalam Pencegahan Terorisme di Kota Kendari, Kamis (20/7/2017), mencontohkannya melalui puisi yang berkaitan dengan tragedi tsunami, yaitu Tsunami itu air mandimu, gempa itu ayunanmu, petir itu gendang-gendangmu.

“Ketika terjadi tsunami lautnya surut, melihat laut surut masyarakat (Aceh) menggunakan bahasa lokal “smol”, gelombang besar dan menggulung, sehingga masyarakat langsung menyelamatkan diri. Hal ini secara tidak langsung karya seni merupakan pesan yang dalam menyelamatkan diri,” ungkap Fikar.

Sastrawan Aan Mansyur menimpali apa yang disampaikan Fikar dengan menyebut karya sastra yang bersifat lembut. Paham radikal terorisme disebutnya identik dengan sikap keras, yang dapat dilawan dengan kelembutan karya sastra.

“Karya sastra tidak mengajarkan kekerasan, sebaliknya mengajak penikmatnya pada sifat dan sikap lembut, kerendahan hati, dan rasa saling menghargai. Dengan sikap-sikap itu, manusia akan dapat dibebaskan dari paham radikal terorisme,” kata Aan.

Sastrawan yang beberapa puisinya mengisi sekuel film “Ada Apa Dengan Cinta” tersebut juga mengatakan, dengan membaca karya sastra manusia juga dilatih memiliki sikap kritis. Hal ini penting untuk menghadapi maraknya informasi seputar paham radikal terorisme di tengah masyarakat.

“Paham radikal terorisme akan menyebar dengan cepat apabila masyarakat terhasut. Dengan sikap kritis, masyarakat tidak akan mudah menerima setiap ajaran yang diterimanya,” pungkas Aan.

Kegiatan Dialog Pelibatan Komunitas Seni dan Sastra dalam Pencegahan Terorisme di Kendari terselenggara atas kerjasama BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tenggara. Kegiatan yang sama sudah dan akan diselenggarakan di 32 provinsi se-Indonesia di sepanjang tahun 2017. [shk/shk]