Begini Ciri-Ciri Konten Hoax Menurut Dewan Pers

Jakarta- Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan Literasi Media Sebagai Upaya Cegah Dan Tangkal Radikalisme Dan Terorisme Di Masyarakat, yang diadakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi DKI Jakarta, di Jakarta (20/9/2017), Ketua Dewan Pers, Yosef Adi Prasetyo yang akrab dipanggil Stanley mengingatkan bahaya media sosial yang dipenuhi dengan konten-konten hoax. Karenanya ia meminta masyarakat bisa mengenali ciri-ciri konten tersebut.

Sebagai pengetahuan bersama dan untuk mencegah merebaknya fenomena Sharing tanpa Saring itu, Stanley membagikan beberapa ciri – ciri konten Hoax. Berikut ciri – cirinya :
1. Menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan, dll. (fear arousing).

2. Sumber tidak jelas dan tidak ada yang bisa dimintai tanggung jawab atau klarifikasi. (whispered propaganda).

3. Pesan sepihak, menyerang, dan tidak netral atau berat sebelah (one-sided).

4. Mencatut nama tokoh berpengaruh atau pakai nama mirip media terkenal. (transfer device).

5. Memanfaatkan fanatisme atas nama ideologi, agama, suara rakyat. (plain folks).

6. Judul dan pengantarnya profokatif dan tidak cocok dengan isinya.

7. Memberi penjulukan (name calling).

8. Minta supaya dishare atau diviralkan (band wagon).

9. Menggunakan argumen dan data yang sangat teknis supaya Nampak ilmiah dan dipercaya (card stacking).

10. Artikel yang ditulis biasanya menyembunyikan fakta dan data serta memelintir pernyataan narasumbernya.

11. Berita ini biasanya ditulis oleh media abal-abal dimana alamat media dan penanggungjawab tidak jelas.

12. Manipulasi foto dan keterangannya. Foto-foto yang digunakan biasanya sudah lama dan berasal dari kejadian di tempat lain dan keterangannya juga dimanipulasi. Pelaku juga dapat mengubah latar dan foto sebuah peristiwa dengan mengandalkan kecanggihan piranti pengolah gambar dan keterampilannya

Setelah mengetahui ciri-ciri hoax tersebut Stanley berharap masyarakat agar tidak mudah percaya dengan berbagai sebaran konten di media sosial. Ia mengajak budayakan saring sebelum sharing agar tidak mudah terprovokasi dan menjaga Indonesia yang damai.