Asian Games dan Asia Damai tanpa Radikalisme dan Terorisme

Asian Games dan Asia Damai tanpa Radikalisme dan Terorisme

Semangat Asia

Saat mengikuti  opening ceremony Asian Games ke 18 di Gelora Bung Karno tanggal 18 Agustus yang lalu, Penulis duduk di deretan VIP tengah, tepatnya gate 12 pintu 44 row 15 No bangku 15.006. Disamping kiri, kanan, depan dan belakang bercampur pejabat, anak muda, dan tokoh masyarakat.  Posisi mata dan pandangan ke arah podium persis pada sudut kanan podium raksasa. Sangat terbuka.  Posisi yang benar-benar tepat untuk sebuah tontonan besar. Dari sini, Penulis bisa melihat dengan leluasa dan engel yang bagus.

Larut dengan undangan dari berbagai komunitas,  asal daerah, profesi dan tempat kerja, saat itu Penulis benar-benar merasa berada di tengah keriuhan,  berbaur, bergaul bebas dan berada pada semua level sosial. Di sinilah dapat dilihat ribuan tindakan dan ekpsresi kebanggaan terhadap bangsa, Presiden, dan simbol negara. Rasanya Indonesia dan orang-orang di arena ini benar-benar orang Indonesia atau Indonesian (dalam bahasa Inggrisnya). Bayangkan tari-tarian kolosal dari Sabang sampai Marauke yang menawan, yel yel …” Indonesia, Indonesia” yel yel kekaguman pada Pimpinan …”Joko Widodo..Joko Widodo…” , mampu membuat bulu kuduk berdiri.  Betapa Indonesia itu ternyata sangatlah besar dan Indonesia itu begitu membanggakan.

Namun, kebesaran dan kebanggan serta perasaan benar-benar Indonesia  itu,  hari ini juga terasa cukup terganggu. Saat Penulis membuka scroll Facebook, scroll WA group dan forum chating lainnya Penulis melihat berbagai kenyataan tentang hujaran kebencian, intoleransi, hujatan  dikotomi ras, agama, dan saling caci maki masih masih riuh memenuhi jagad media maya dan sosial media Indonesia terkait Pelaksaan Opening ceremony Asian Games. Berbagai persoalan lokal seperti;  persoalan Anis Gubernur DKI yang tidak disorot kamera media, persoalan Presiden RI naik motor, dan kata-kata kebencian seperti  “Cebong ” bersahut-sahutan. Yang tak kalah serunya adalah hujatan kepada pemerintah yang dikatakan bahwa Pemerintah tidak peka karena lebih mementingkan Asian Games ketimbang menyelesaikan persoalan gempa bumi di  Lombok.

Timbul Pertanyaanya; apa iya Asian Games yang telah dipersiapkan bertahun tahun,  bahkan setelah 56 tahun  dan memang tahun 2018 ini adalah giliran negara Indonesia  sebagai tuan rumah  itu harus dibatalkan gara-gara bencana alam yang unpredictable itu? Bukankah bencana alam lombok ini sudah ditangani oleh negara secara sangat well organized.  Tapi itulah ciri Bangsa besar. Banyak sekali dinamika dan tarik-menarik kepentingan di dalamnya yang justru bukan fokus pada persoalan olahraganya.

Situasi lainya yang juga sangat berbeda dalam pembukaan Asian games adalah pada suatu sore setelah seharian rapat  Penulis mencoba menyempatkan diri singgah dit empat foot reflexion ternama  di bilangan Sarinah Thamrin. Di sebelah kebetulan duduk seorang tim sukses kontingen asing. Sambil dipijit kakinya dan berkenalan dia memuji opening ceremony Asian games yang begitu Meriah, mengesankan dan Wah itu. Dia memuji Presiden Indonesia. Dia memuji keamanan Indonesia. Tapi dia juga menyayangkan di toilet dia masih menemukan puntung rokok ditaruh di Pas Bunga. Dan dia ķatakan “kenapa orang Indonesia diam saja, tidak ambil puntung rokok itu. Itukan tidak sehat”. Penulis berpikir itulah Indonesia dalam Asian games kali Ini. Dielu-elukan, saling jelek- jelekan, dipuji orang asing, namun orang asing bilang bahwa kita masih buang puntung rokok masih sembarangan. Ya itulah realitasnya. Itulah Semangat Asean

Pentingnya Jaminan Rasa Aman

Dalam segala kondisi dan dalam pelaksanaan berbagai aktifitas sosial yang paling mendasar dibutukan oleh masyarakat adalah rasa aman. Masyarat jalan pagi melewati jalur car free day hari minggu  dan  masyarakat olahraga pagi di Monas harus aman. Mereka tidak boleh menjadi target kejahatan jalanan apalagi menjadi target terorisme.  Pelaksanaan Asian Games yang kali ini giliran Indonsia menjadi tuan rumah juga harus aman. Para tetamu, official, suporter harus merasa aman, terhibur dan  nyaman. Walau tercatat tetap saja ada ditemukan beberapa kejadian dan situasi tidak nyaman terhadap pelasanaan Asian Games kali ini, misalnya; adanya permintaan jaminan keamanan dari kontingen Malaysia akibat memanasnya hubungan suporter Indonesia dan Malaysia yang  dipicu aksi pelemparan yang dilakukan oknum suporter Indonesia terhadap timnas Malaysia U-19 di Piala AFF U-19 2018 yang lalu.

Kemudian, salah seorang pemain timnas Malaysia U-16 merespon kembali dengan mengunggah bendera Merah Putih secara terbalik dalam akun Insta Story miliknya sebelum bertolak menuju Surabaya untuk mengikuti Piala AFF U-16 2018. Menjelang Asian Games, Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) juga meminta jaminan keselamatan untuk atlet yang akan bertanding di Asian Games 2018. Mereka minta diangkut khusus dengan Baracuda Polri. Namun setelah ada permohonan maaf dari oknum Malaysia soal “Bendera terbalik” , kedua belah pihak kembali menjadi Akrab dan persoalan jaminan keamanan tidak lagi dipersoalkan..

Di samping protes Malaysia, Lazim dilakukan oleh negara negara peserta olahraga adalah menanyakan tentang situasi keamanan negara pelaksana. Merasa tidak cukup hanya dengan penjelasan formalistik saja, maka aparat keamanan Indonesia telah melakukan kegiatan latihan sebagai bentuk respond antisipatif, demi terpeliharanya keamanan dan kenyamanan selama pelaksanaan Asian Games 2018 . Latihan Pengamanan Asian Games XVIII tahun 2018 dilaksanakan selama tujuh hari diikuti oleh 150 peserta Gabungan. Metode latihan menggunakan  TTX (Table Top Exercise), PE (Practical Exercise) dan  FMP (Full Mission Profile). Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, serta para pejabat teras BNPT dan TNI-Polri hadir dan turut memberikan evaluasi atas Latihan tersebut.

Langkah Strategis terkait Antisipasi

Dalam setiap kegiatan yang melibatkan publik dari berbagai negara  seperti halnya kegiatan Asian Games dan keamanan umum lainnya di Indonesia, diperlukan beberapa langkah di antaranya;

  1. Mendorong Pelaksanaan Preventif Justice

Penangkapan terhadap pelaku pelaku teroris harus lebih intensif dilakukan. Bagi orang atau badan yang telah berafiliasi dan berkiblat pada perilaku radikalisme dan terorisme yang telah membuat perencanaan, persiapan apabila telah memenuhi syarat untuk lakukan penegakan hukum, maka harus segera saja ditangkap.

  1. Koordinasi Lintas Kementerian dan Lembaga yang Kian kokoh.

Hajat Asian Games merupakan hajat Bangsa. Seluruh elemen Bangsa seharusnya  turut terlibat dalam mensukseskan kegiatan ini. BNPT telah mengisiasi latihan bersama TNI, Polri, dan kementerian terkait dalam bentuk latihan gabungan, tanggap darurat dan membuat pemanfaatan Crisis center. Sementara kerjasama dalam rangka pendekatan lunak juga ditingkatkan secara masif. Begitupun pemanfaatan teknologi dalam rangka monitoring situasi yang terdekat dengan venue di Jakarta dan Palembang.

  1. Pengejaran Pelaku yang Masuk dalam Daftar Pencarian Orang ( DPO ) Terorisme

Memahami mitigasi terorisme dalam negeri terkait antisipasi terorisme global bukan persoalan miudah. Situasi yang relatif aman saat ini tidak boleh dibaca sebagai situasi atau jaminan keamanan. Terorisme itu ibarat Tumor. Dia bisa hadir kapan saja. Situasi Global pasca kekalahan ISIS membuat sel-sel afiliator itu tiarap. JAD sekalipun sudah dinyatakan sebagai organisasi yang dilarang oleh pemerintah, tetap diwaspadai. Pengalamam yang lalu jaringan sering bermetamorfose membentuk organisasi baru. Padahal yang mengawaki orangnya tetap sama.

Ada beberapa pemetaan ancaman global  yang harus diwaspadai yakni :

  1. Situasi ISIS di Asean

Tertangkapnya Minhati istri Omarkhayam Moute seorang Warga Negara Indonesia Pemilik paspor A 2093379 beserta  6 anaknya,  yang menurut dokumen keimigrasian pernah masuk Manila tahun 2015 hingga tanggal 30 Januari 2017, telah membuat sel Moute di Marawi untuk sementara waktu tiarap sambil menyusun kekuatan dan perencanaan baru. Terlebih lagi kekuatan kelompok yang mengaku berafilisi ISIS ini kian pudar saat seorang WNI Ilham Saputra  yang menjadi andalan  Omar Khayam Moute yang menguasai bahasa tagalog,  serta  banyak membantu keluarga dan jaringan ISIS, juga ikut tertangkap saat mencoba menyamar sebagai anggota Intelijen. Masih untung granat yang selalu melekat dipinggangnya tidak sempat dilemparkan ke arah keramaian.

Dari penangkapan itu terungkap bahwa ternyata Minhati berpindah ke Illegan City atas permintaan suami. Diperoleh juga petunjuk yang akurat bahwa Minhati  pada Febuari 2016 sampai April 2017 pernah bersembunyi masuk hutan saat Omar Khayam Moute melakukan amaliyah kekerasan di Butiq dan Piagapo. Dan aparat di Indonesia juga melihat Akun Facebook aminhati yang mengidentifikasikan bahwa sesungguhnya pada tahun 2013  Minhati pernah datang ke Indonesia untuk menghadiri undangan pernikahan kerabatnya.

Siapa Minhati  itu? Dia adalah tokoh penting dalam perjuangan keluarga Moute. Dia adalah putri Hj Madrais Lc dan ibu Hj Murhiyaliyah yang lahir pada tanggal 9 Juni 1971. Dia adalah adik ustad Dialudin Madrais yang beralamat di kampung Buni Babelan Bekasi. Dia pernah bersekolah bersama dengan Omar Khayam Maute di Alazhar Mesir. Dia adalah salah seorang Warga negara Indonesia yang berpredikat Bachelor Syari’ah yang mengantongi ijazah pada tahun 2009, sementara Omar Khaym Moute mengantongi Bachelor Tafsir.

Tercatat keduanya menikah pada tahun 2009 setelah memperoleh gelar sarjana. Selanjutnya tahun 2010 pulang ke Indonesia dan keduanya membantu mengajar di psantren Darul Amal pimpinan KH Madrais Hajar orang tua Mingati. Dan tahun 2012 pulang ke Filipina. Kini Omar Khayam Moute telah terbunuh, istrinya telah tertangksp. Kota Marawi Hancur. Tapi paham kekerasan dan dendam senantiasa terpatri di sanubari kelompok Moute. Belajar dari kasus Minhati, belajar dari bubarnya JAD Indonesia, melihat tertangkapnya ratusan terotis pasca kerusuhan di Mako korbrimob Polri, situasi Pasca  ISIS sama dengan penanganan pasca bomb Bali, poso tahun 2007.  Betul  teroris akan tiarap, tapi itu untuk sementara.  “Sementara” itu artinya suatu saat dia akan bangkit dengan skala yang mungkin lebih besar.

2. Situasi Timur Tengah

Apabila di Suriah dan Irak serta di Filipina  ISIS mulai tiarap, berbeda lagi dengan di Timur Tengah. Yordania yang selama ini sungguh sangat tenang pada tanggal 10 Agustis 2018 lalu terusik dengan sebuah serangan bom rakitan yang menyasar patroli gabungan pollisi. Pasukan PSD (Public security Departement) dan Gendarmere Departemen yang sedang melakukan pengamanan Festifal  Fuheis. Seorang perwira gendarmere tewas, 4 polisi lain luka luka dan 2 warga sipil cidera. Besok paginya 11 Desember 2018 saat penggerebekan terhadap para tersangka teroris meledakan gedung tempat mereka bersembunyi.

Kondisi kawasan yang laini lain adalah dengan masih terisolasinya Qatar dari persabatan negara kawasan yang menganggap Qatar telah menampung kelompok kelompok radikal. Akibatnya Qatar mengalami gejolak ekonomi walau akhirnya Iran, negara sahabat Qatar, ikut membantu. Hal yang agak menyentakkan dunia  adalah Turki yang selama ini tidak berseberangan dengan AS dan Arab saudi juga menyatakan ikut mendukung Qatar.

3. Ancaman Teror atas Eropa

Tidak berlebihan kekhawatitan belahan dunia Eropa yang disampaikan oleh Kepala Intelijen M15 Inggris Andrew Paker yang mengatakan bahwa ISIS telah memerintahkan jaringan mereka pada bulan ramadhan yang lalu untuk menyerang musuh-musuh mereka, yaitu ; Amerika Serikat, Eropa, Rusia, Australia, Irak, Suriah, Iran dan Filipina.  Dan lazimnya kebiasaan ISIS yang sudah terjadi kalau terjepit sel ISIS di luar akan dikomando untuk melakukan teror secara masif di luar center of gravity.

4. Waspada Dendam Lama

Tentu kita masih ingat betapa pada tanggal 2 Mei 2011 sesaat setelah Osama bin Laden diserang di Abbotabat, ditemukan sebuah surat dari putra osama Hamzah bin Laden yang kala itu menyatakan  siap mengambil-alih tampuk untuk memimpin Al Qaedah. Kini dia sudah dewasa lebih kurang berumur 28 atau 29 tahun. Cukup matang untuk seorang teroris. Dia menyerukan untuk menyerang London, Washington dan Paris. Video itu Viral tahun 2015 yang lalu.  Saat ini, diperkirakan dia sedang mengorganisir diri dan siap untuk  menyerang.

Dendam yang lain adalah datang dari mantan tahanan Guantanamo yang keluar tahun 2012 Ibrahim al Qusi. Diapun diduga telah bergabung kembali dengan dengan jaringan Al Qaedah di Yaman.

Akankah Asian Games Berjalan Aman?

Seperti diungkapkan di atas bahwa tidak ada jaminan seratus persen tentang keamanan. Yang ada adalah langkah antisipasi yang efektif. Bagaimana caranya? Yaitu Dengan mengikuti perkembangan dan dinamika terorisme global dan regional dengan bekerjasama dengan negara tetangga yang mempunyai link dan history yang sama tentang ancaman terorisme.

Di dalam negeri, langkah antisipasi dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut:

  1. menyusun rencana aksi terkait antisipasi ekstremisme dan intoleransi dengan melibatkan lintas kementerian dan Lembaga.
  2. Mengawasi secara ketat para Deportan dan FTF,
  3. menghukum yang terbukti melakukan tindak pidana persiapan terorisme.
  4. memanfaatkan eks napiter yang telah sadar dan menyadari kekeliruan masa lalunya.
  5. memaksimalkan fungsi pesantren binaan yang selama ini telah menjadi icon perlawanan terhadap radikalisme dan intolerasi.

Semoga bermanfaat