Antisipasi Radikalisme, Polrestro Jaktim Tumbuhkan Daya Tangkal dan Daya Cegah di Masyarakat

Jakarta – Upaya pencegahan dan antisipasi bahaya radikalisme di masyarakat bisa dilakukan  dengan cara menumbuhkan daya tangkal dan daya cegah dari masyarakat itu sendiri.

Dan untuk menumbuhkannya, butuh cara serta pola pendekatan yang humanis menyesuaikan dengan adat istiadat dan tradisi masyarakatnya.

Pandangan ini disampaikan Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Ady Wibowo saat menerima damailahindonesiaku.com di ruang kerjanya, Senin (21/1) sore.

“Radikalisme adalah bahaya besar yang pergerakannya di masyarakat harus dicegah dan diantisipasi sejak dini. Dan pencegahan terbaik adalah membangun sikap penolakan dari dalam masyarakat terhadap gerakan tersebut,” jelasnya.

Di posisi yang sekarang, Ady baru dua pekan menjabat. Ia menyadari betul beban berat yang dipikulnya untuk menjaga kondusivitas wilayah Jakarta Timur, terutama menjelang pesta akbar Pilpres dan Pileg yang akan berlangsung April mendatang.

Pun begitu, ia yakin bisa mengemban beban berat tersebut. Pandangannya tentang menumbuhkan daya tangkal dan daya cegah dari masyarakat terhadap segala potensi gangguan, baik radikalisme, kabar hoaks, maupun kampanye hitam, sudah sangat terpola dan sangat terbentuk.

“Sejak saya menjabat Kapolres Metro Jakarta Timur, saya sudah punya semboyan ‘Jaga Jaktim Rumah Kita’. Artinya, saya mau mengajak seluruh elemen masyarakat di Jakarta Timur untuk bersama-sama menjaga Jakarta Timur sebagai rumah kita bersama,” ujar Ady.

Baca juga : Jelang Pembebasan Abu Bakar Ba’asyir, Densus 88 Pantau Sel Tidur Teroris

“Ayo, sama-sama kita jaga rumah kita dari segala macam bentuk ancaman yang berpotensi merusak rumah kita. Termasuk ancaman gerakan dan isu radikalisme,” tambahnya.

Di Jakarta Timur, lanjutnya, cara dan pola pendekatan humanis yang ia lakukan untuk menumbuhkan daya cegah dan daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme dimulai dengan membangun silaturahmi ke seluruh elemen.

Mulai dari elemen tokoh masyarakat, tokoh lintas-agama hingga tokoh adat kesukuan satu per satu disambangi dan diajak berdiskusi ringan sesuai karakteristik masing-masing elemen.

“Saya sangat menyadari bahwa Polri adalah bagian dari masyarakat. Tanpa bantuan masyarakat, Polri tak bisa berbuat apa-apa. Jadi sinergitas itu harus dibangun, dijaga, dan ditingkatkan untuk membuat suasana kewilayahan yang sejuk dan kondusif,” terang Ady.

“Apalagi jumlah personel di Polres Metro Jakarta Timur hanya 1.700 berbanding 2,8 juta populasi penduduk Jakarta Timur yang majemuk. Artinya, 1 personel harus menjaga 1.700 penduduk. Hal yang mustahil secara logika. Tapi dengan sinergitas yang terbangun baik, hal tersebut menjadi mungkin dan logis,” sambung perwira menengah jebolan Akpol 1995 ini.

Ditambahkannya lagi, pada Senin (21/1) di gedung C Kantor Wali Kota Jakarta Timur, Polrestro Jakarta Timur bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) se-Jakarta Timur, KPU Jakarta Timur, Kodim 055 JT, PN Jakarta Timur, dan Pemkot Jakarta Timur juga sudah mendeklarasikan menolak tempat ibadah digunakan untuk kepentingan Kampanye, SARA, Hoaks dan Radikalisme.

Deklarasi ini juga untuk mengingatkan bahwa keamanan dan ketertiban serta kesejukan bisa diraih jika umat beragama saling membangun kebersamaan, kerukunan.