Tidak Ada Kemusyrikan dalam Kegiatan Olahraga Asian Games

Kemusyrikan adalah perilaku yang sangat dilarang oleh Allah Swt karena dapat menghancurkan semua amal baik seseorang. Kemusyrikan termasuk dosa besar dan satu-satunya dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah Swt. Ada tiga jenis kemusyrikan, yaitu; musyrik akbar, musyrik ashgar dan musyrik khafii.

Musyrik akbar adalah mempersekutukan Tuhan secara jelas misalnya meyakini sesuatu memiliki kekuatann selain kekuatan Allah atau memohon sesuatu selain kepada Allah. Ketika seseorang misalnya memohon sesuatu ke tempat atau benda yang dianggap sebagai keramat seperti kuburan merupakan bentuk kemusyrikan besar karena ia telah meyakini sesuatu selain Allah dapat memberikan kekuatan atau segala yang diinginkan.

Sementara muysrik ashgar adalah ketika seseorang mendapatkan sesuatu kemudian menyatakan bahwa seandainya bukan karena kehendak Allah dan saya maka ini tidak akan tercapai. Pernyataan seperti ini dapat dikategorikan musyrik Ashgar karena meyakini dirinya memiliki kekuatan sama dengan Allah Swt. Adapun musyrik khafii adalah melakukan sesuatu karena ingin dilihat oleh seseorang. Bentuk kemusyrikan ini seperti riya atau melakukan sesuatu karena ingin dilihat oleh orang lain bukan karena Allah.

Kemusyrikan erat kaitannya dengan ibadah kepada Allah dan pengingkaran terhadap kekuasaannya serta pengakuan terhadap sesuatu memiliki kekuatan di atas kekuatan Allah Swt. Misalnya pada zaman dahulu masyarakat tidak mengenal hakekat apa itu api dan menganggapnya sebagai suatu kekuatan karena sifatnya yang dapat melahap sesuatu yang tidak bisa dibendung. Selain itu, api juga memberikan manfaat kepada manusia seperti digunakan untuk menanak makanan dan minuman dan juga sebagai pemanas bagi tubuh di musim salju. Api sangat penting bagi kehidupan manusia saat itu dan pengetahuan mereka tentang hakekat api belum memahami secara utuh sehingga mereka meyakini bahwa api adalah sebuah kekuatan yang dapat memberikan manfaat kepada manusia sehingga mereka harus menyembahnya dan mensucikannya.

Berbeda dengan pengetahuan manusia saat ini yang telah mengenal kemajuan teknologi seperti listrik yang juga merupakan satu sumber terjadinya api. Di era modern listrik menggantikan posisi api sebagai sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada manusia selain sebagai penerangan juga dipergunakan dalam berbagai kebutuhan manusia sehari-hari. Yang membedakan manusian pra modern dengan manusia moderen adalah pengetahuan terhadap hakekat sesuatu sehingga cara pandang melihat sesuatu juga berbeda.

Manusia pra moderen memandang api sebagai sebuah kekuatan sehingga mereka mensucikannya karena tidak adanya pengetahuan yang mendalam tentang apa itu hakekat api. Manusia moderen memahami apa itu listrik dan bagaimana proses terjadinya listrik yang diperoleh melalui pengetahuan manusia sehingga mereka tidak lagi mensucikannya sebagai sesuatu yang harus  disembah.

Jika manusia moderen mengambil api atau menggunakan api dalam sebuah kegiatan, itu semata-mata hanya sebatas simbol saja yang memiliki makna tersendiri dan tidak ada kaitannya dengan keyakinan seperti keyakinan orang-orang pra moderen. Kemudian, kegiatan-kegiatan olahraga seperti Asian Games sama sekali tidak ada kaitannya dengan penyembahan terhadap Allah atau keyakinan bahwa Asian Games adalah sebuah kekuatan yang melebihi kekuatan Allah.

Asian Games hanya dianggap sebagai kegiatan olahraga yang bertujuan menjalin persaudaraan dan memperkuat solidaritas antara sesama bangsa Asia. Jadi tidak ada sedikitpun unsur kemusyrikan dalam penyelenggaraan Asian Games beserta simbol yang digunakan.