Sinergi Antar Aparat Intelijen Diperlukan Untuk Antisipasi Aksi Serangan Teror

Jakarta – Serangan teror pada perayaan natal dan perayaan tahun baru yang telah terjadi di belahan negara di dunia dalam beberapa tahun terahir sangat meningkat. Di Indonesia sendiri Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai Badan/Lembaga negara yang memiliki tugas pokok dalam penanggulangan terorisme tentunya harus mampu untuk menangani permasalahan ini dengan menggunakan kekuatan sendiri maupun bersinergi dengan kekuatan instansi terkait seperti TNI dan Polri.

Hal inilah yang mendasari Subdit Intelijen pada Direktorat Penindakan di Kedeputian II bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT menggelar Rapat Analisis dan Evaluasi Potensi Ancaman Teror pada Perayaan Natal dan Tahun Baru 2019 dengan pihak seperti Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI, bersama Polri melalui Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam) dan Detasemen Khusus (Densus) 88/Anti Teror Polri, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Imigrasi dan juga dari Kejaksaan Agung.

“Maksud dan tujuan diadakan rapat analisis dan evaluasi ini tentunya sebagai bentuk sinergitas antara BNPT bersama instansi terkait seperti BIN, Bais TNI, Baintelkam dan juga Densus 88 untuk mengantsiipasi dan menganalisis aksi teror serta peningkatan pergerakan kelompok jaringan terorisme menjelang hari Natal 2018 dan malam Tahun Baru 2019 di Indonesia,” ujar Kasubdit Intelijen, Kombes Pol. Alexander Sabar, S.Ik, di sela-sela Rakor tersebut yang digelar di Jakarta, Selasa (18/12/2018)

Kombes Alex mengatakan bahwa berbagai negara di dunia sendiri selama ini telah memiliki badan penegakkan hukum maupun lembaga intelijen khusus yang menanggulangi masalah terorisme. Hal ini tak dapat dipungkiri bahwa terorisme memiliki potensi ancaman yang besar dan memerlukan kerja intelijen dalam penanggulangan terorisme.

Baca juga : Pelaku Terorisme Suka Mengincar Even Besar Sebagai Sasaran Aksinya

“Penanganan terorisme ini dilakukan oleh lembaga-lembaga intelijen dengan kerjasama mengingat bahwa terorisme merupakan kejahatan yang melintasi batas negara. Untuk itu, maka penting dilakukan pertemuan ini untuk melakukan analisis prediksi ancaman teror terutama menjelang perayaan natal dan tahun baru yang dianggap sebagai waktu yang tepat untuk melakukan aksi terror,” ujar alumni Akpol tahun 1996 ini..

Dirimya memberikan contoh di Munich, Jerman, dimana layanan kereta api ditangguhkan karena kelompok afiliasi ISIS merencanakan serangan di dua stasiun kereta pada malam tahun baru. “Dan Polisi Jerman telah menyatakan bahwa mereka berhasil menggagalkan penyerangan tersebut setelah menerima informasi yang konkrit dari inteliejen Amerika Serikat dan Perancis,” katanya.

Tren terorisme lain yang sedang berkembang saat ini baik di dalam maupun luar negeri menurutnya adalah maraknya serangan lonewolf, yaitu serangan yang dilakukan secara individu atau perorangan. Umumnya orang yang bergerak secara lonewolf teradikalisasi secara online, self-radicalized, atau terinspirasi dari organisasi radikal besar, seperti ISIS.

“Bukti maraknya serangan lonewolf adalah adanya rangkaian aksi penyerangan yang terjadi setelah kejadian di Mako Brimob Kelapa Dua dan bom bunuh diri yang melibatkan satu keluarga di Jawa Timur dan juga serangan terhadap aparat Polri terjadi di berbagai daerah di Indonesia,” tuturnya.

Dengan adanya kejadian tersebut menurutnya, pihak berwajib di beberapa negara pada saat itu mengumumkan penemuan alur serangan yang akan dilakukan oleh kelompok afiliasi ISIS yang menargetkan penyerangan pada perayaan tahun baru. Bahkan di Belgia, berdasarkan informasi intelijennya akan terjadi serangan yang direncanakan di Brusel sehingga perayaan malam tahun baru umum dibatalkan.

“Untuk itu melalui kerjasama yang baik dengan berbagai pihak terkait di dalam negeri maupun dengan badan-badan intelijen dari negara lain tentunya juga akan mendapatkan hasil yang maksimal untuk mengantisipasi terjadinya serangan teror melalui satgas di lapangan, surveillance, atau melalui pengamatan di media social,” ujarya mengakhiri.

Turut hadir dalam rapat analisis dan evaluasi ini yaitu Direktur Peneggakan Hukum (Dirgakkum) BNPT, Brigjen Pol. Eddy Hartono, S.Ik, MH, (mewakili Deputi II Irjen Pol. Budiono Sandi dan Direktur Penindakan Drs. Torik Triyono, M.Si yang berhalangan hadir), para pejabat eselon III dan eselon IV di lingkungan Kedeputian II BNPT.

Sementara itu dari BIN tampak hadir Brigjen Pol. dari Bais TNI yakni Direktur E Brigjen TNI Rudy Rachmat Nugraha, S.Sos., M.Sc. serta dari Direktur Keamanan Negara Baintelkam Polri yakni Brigjen Pol Drs Djoko Mulyono, M.Si. Selain itu hadir pula pejabat koordinator dan fungsional pada Jaksa Agung Muda Intelijen Kejaksaan Agung