Sekretaris FKPT Sulut: Generasi Muda Sulut Harus Bebas Paham Kekerasan

Manado – Indonesia dengan berbagai kemajemukannya sangat rentan dengan bahaya terorisme serta upaya-upaya pemecah belahan. Untuk itu seluruh komponen bangsa harus bersinergi, bersatu, dan memperkuat silaturahmi demi tercapainya perdamaian abadi di Bumi Pertiwi.

Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Eka Tindangin SH pemaparannya pada dalam Dialog Pencegahan Terorisme yang bertema “Peran Pemuda dan Wanita Dalam Mencegah Paham dan Gerakan Radikal Terorisme di Sulawesi Utara. Kegiatan ini digelar di Hotel Lyon, Manado, Kamis (27/11/2015) menyatakan kesiapannya FKPT Sulut dalam menjalankan sinergi tersebut. Menurutnya, Sulut memang memiliki konsentrasi tinggi dalam upaya pencegahan terorisme tersebut. Pasalnya, Sulut langsung berbatasan dengan negara-negara tetangga dan kawasan perbatasan adalah salah satu tempat paling rentan bagi masuknya pelaku terorisme.

“Kegiatan hari ini berupa dialog pencegahan paham terorisme ini adalah bukti siap berada dalam garda terdepan bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), juga lembaga-lembaga terkait lainnya dalam ‘menjaga’ Indonesia dari pengaruh paham dan aksi terorisme,” ungkap Eka yang juga berkesempatan membuka kegiatan itu secara langsung menggantikan Ketua FKPT Sulut.

Eka mengaku apa yang telah dilakukan FKPT Sulut dibawah dukungan BNPT dalam ‘menyebarkan’ kedamaian di Sulut masih sang kecil. Ia bertekad, ke depan, upaya-upaya pencegahan paham terorisme ini bisa dilakukan lebih massif lagi.

“Generasi muda memang menjadi fokus kami dalam mencegah terorisme di Sulut. Tapi bukan berarti golongan masyarakat lainnya kita abaikan. Artinya, kami akan memperlebar jaringan komunikasi dengan berbagai unsur masyarakat mulai pemuka agama, aktivias, LSM, Organisasi Kepemudaan, Gereja, Kampus, Pesantren, dan lain-lain,” imbuhnya.

Khusus untuk dialog pencegahan terorisme untuk pemuda dan wanita ini, Eka mengaku gembira dengan antusiasme peserta. Menurutnya, pihaknya hanya melayangkan undangan sebanyak 200 buah. Tapi peserta yang hadir justru lebih dari 300 orang. Bahkan ada beberapa peserta datang jauh dari luar Manado seperti Bitung dan Minahasa. Bahkan untuk menampung membludaknya peserta ini, panitia terpaksa mengubah seting ruangan. Tidak hanya itu registrasi peserta yang awalnya dijadwalkan hanya satu jam, molor menjadi dua jam lebih.

“Ini sangat membanggakan. Itu artinya generasi muda Sulut sangat peduli dengan bahaya terorisme ini,” pungkas Eka yang juga Ketua Brigade Manguni ini.