Radikalisme Remaja Usia Bermain dan Tantangan Lima Jaringan Terorisme Dunia

Radikalisme Remaja Usia Bermain

Saat dalam perjalanan tugas dari Abuja Nigeria – Dubai – Jakarta beberapa waktu yang lalu, saat transit di Dubai, Penulis secara tidak sengaja membaca sebuah artikel terkait situasi terorisme Indonesia. Sebuah artikel yang ditulis oleh  Nyshka Chandran dipublikasikan pada tanggal 3 Juni 2018 jam 12:54  pada jurnal yang berjudul Southeast Asia’s newest threat defence  official warn.  Saat menulis ini penulis mencoba merangkai kembali apa yang disoroti oleh Nyshka dan dalam beberapa hal penulis sependapat utamanya soal remaja dan radikalisme dalam keluarga.

Dalam beberapa tulisan terdahulu Penulis pernah mengingatkan betapa rekrutmen teroris dengan model “kinship and bloodship recruitment model” pernah terjadi di Indonesia. Sebut saja misalnya; keluarga Ali Imron, keluarga Achmad Kandai, keluarga Abbas Malaysia bahkan keluarga Osama ben Ladeen dan masih banyak contoh lain dalam model ini.

Kali ini setelah NII, DI/TII, Aljamaah al Islamiyah serta ISIS, model ini kembali terjadi. Pemboman di kota Surabaya Indonesia tahun lalu secara nyata-nyata telah melibatkan beberapa keluarga, tepatnya tiga keluarga, termasuk anak-anak mereka. Peristiwa ini merupakan identifikasi awal bahwa model rekruitmen telah mengalami revolusi yang radikal, yang susah dideteksi. Dalam konteks inilah, Penulis ingin menegakan bahwa pemerintah mempunyai kewajiban yang sangat penting untuk mencegah warga negaranya, khususnya orang tua, untuk menghindarkan anak-anak mereka masuk pada kelompok tidak toleran dan radikal yang akhirnya masuk dalam jejaring kelompok terorisme.

Walaupun kita jarang mendengar tentang fenomena munculnya terorisme keluarga, tetapi kejadian itu memang pernah ada. Tapi untuk orang tua yang berhasil mengajak anak-anaknya, yang terbukti telah menunjukkan keinginan kuat untuk tidak takut mati diusia dini  dengan melakukan  pemboman bunuh diri adalah baru di Asia Tenggara, terlebih di Indonesia.

Menanggapi kejadian di Indonesia, Sekertaris Pertahanan Filipina, Delfin Lorenza, dengan tegas mengatakan bahwa “ini adalah sesuatu yang belum pernah dilakukan teroris lokal sebelumnya”. Akibat serangan terorisme keluarga yang terdiri dari enam orang, termasuk anak berusia 9 tahun dan 12 tahun ini mengakibatkan 13 orang tewas dan 40 luka-luka.  Serangan dengan modus bunuh diri keluarga ini menyasar tiga gereja di Surabaya yang terjadi  pada tanggal 13 Mei 2018.

Pada hari yang sama pula seorang ibu dan anaknya yang berumur 17 tahun tewas di pinggiran kota setelah sebuah bom yang ditangani oleh sang ayah meledak sebelum didetonasi alias prematur. Esok harinya, kembali Jawa Timur digemparkan ketika sebuah keluarga juga meledakkan bom di pintu masuk markas polisi Polrestabes Surabaya.

Tindakan terorisme yang dilakukan oleh sebuah keluarga nyata terbukti telah mampu dengan sempurna meradikalisai anak-anak mereka. Kejadian tersebutseolah mengirimkan gelombang kejut pada sistem keamanan kawasan serta berdampak pada ekonomi di Asia Tenggara pada umumnya. Yang harus dihitung baik-baik adalah karena “homegrown extremism” memang pernah berlaku-kinship process-dalam radikalisme pernah ada. Namun, rekrutisnya adalah anak-anak yang sudah dewasa yang direkrut oleh paman, om dan bapaknya.  Sebelumnya, di Indonesia dan negara Asia tenggara lainnya tidak terbiasa dengan konsep pelaku teror bunuh diri oleh anak-anak.

Dalam tulisan yang penulis baca di Bandara itu, Delfin Lorenzana, menyoroti pola-pola rekruitmen baru yang terinspirasi dari ISIS yang biasa mencari rekrutan baru berpendidikan, muda, dan dari latar belakang kelas menengah, yang diambil dari inserting pada sosmed dan jaringan digital. Masih menurut Lorenza, teknologi crypto currency dan dark web juga menawarkan kepada  teroris tingkat keamanan anonimitas yang tinggi yang minim regulasi pengawasan. Di Negaranya Filipina kelompok teror lokal, Abu Sayyaf dan kelompok Maute telah teridentifikasi menggunakan transfer elektronik sebesar $ 1,5 juta untuk pengepungan kota Malawi pada tahun 2017.

Setelah Terorisme Anak, Kini Tantangan Lima Kelompok teroris Terbesar di Dunia

Berbicara teroris dan jejaringnya serta bagaimana memutus mata rantai jejaring itu ibarat dengan “telur kodok” yang ada dalam tempurung kelapa atau dalam mangkok yang bisa dipisah-pisah. Namun, saat permukaan air miring sedikit ia akan bersatu lagi.  Begitupun kalau telur kodok itu berada di selokan kecil, ia akan hanyut terpisah satu dengan lainnya. Saat di tempat tenang tidak berarus, ia akan bergabung kembali dan kemudian pada waktunya akan menetas menjadi kecebong (anak kodok).

Dalam sebuah literatur di sosmed dengan judul “Terror’ on SBS VICELAND examines the origins and influence of these organizations” oleh Jenna Martin yang dipublikasikan 20 Juni 2017, Penulis mencoba membuat analisa sederhana. Pertama karena sependapat dengan analisa itu dan kedua situasi terorisme senantiasa berkembang sungguhpun jejaring itu banyak, tetapi yang saat ini tampil eksis adalah kelompok kelompok besar itu saja. Merekalah yang paling kejam dan sadis saat ini bahkan pada beberapa tahun lalu( 2016 – 2017 dan awal 2018 ). Hampir setiap hari ada laporan dan berita media tentang serangan teror, khususnya di kota-kota besar Eropa yang menyasar warga sipil yang tidak berdosa.

Namun  jujur harus kita mengatakan bahwa secara kalkulatif dalam tahun-tahun itu   sebagian besar kematian akibat terorisme terjadi  di lima negara, yakni ; Afghanistan, Irak, Nigeria, Pakistan, dan Suriah. Kematian demi kematian  itu jugalah yang secara umum  terbesar dan dilakukan oleh empat kelompok teroris yang paling bertanggungjawab atas 74 persen kematian akibat terorisme.  Kelompok itu adalah  ; 1)Boko Haram,  2)Taliban, 3) ISIS dan 4). Al Qaeda.

Namun setelah  Seorang Wakil co-founder Suroosh Alvi  berkeliling keberbagai negara yang paling banyak mengalami dan menjadi target teror dan karena beliau juga ingin melihat dan memahami tentang asal-usul dan dampak dari empat organisasi yang paling mematikan tadi,  akhirnya beliau menemukan organisasi yang ke lima, yakni Al Shabaab di Somalia.

Suroosh Alvi berbicara dengan semua pemangku kepentingan dan konflik terorisme, seperti tentara, kelompok pemberontak, birokrat/pejabat pemerintah, aktivis dan korban yang memaksanya harus belajar lebih banyak lagi tentang sejarah dan motivasi kelompok teroris ini serta mencari solusi efektif tentang bagaimana mereka suatu hari nanti dapat dikalahkan.

5 Organisasi Terorisme Paling Ganas

  1. Boko Haram

Seperti telah penulis urai dalam beberapa tulisan terdahulu, arti Boko Haram adalah  “Pendidikan Barat Haram” atau ” Haramnya Pendidikan Barat”.  Secara umum bagi kita yang pernah belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka  nama Boko Haram lebih bersifat  penekanan  atau statemen.  Sehingga sungguhlah  tidak cocok sebagai nama  sebuah organisasi yang beranggotakan orang dalam kelompok militan yang memiliki persenjataan ribuan pucuk .

Mereka memiliki persenjataan modern, persenjataan konvensional bahkan ada persenjataan tradisional rakitan. Mereka berada pada posisi lintas kawasan regional negara, seperti;  Nigeria, Chad, Kamerun utara dan Niger.  Sama dengan kelompok militan teroris lainnya, tahun 2002  kelompok militan yang didirikan oleh  Muhamed Yusuf  ini mulai menentukan target yang ingin dicapai oleh organisasinya.  Mulai dengan konsep mendirikan negara Islam sebagai basis ideologi dan perjuangan dan yang hanya ingin  berdasar pada hukum Syariah.

Dan lebih tragis dan sadis lagi bahwa mereka mengharamkan semua yang berbau kebarat-baratan. Berbicara tentang kapasitas keahlian, tidak perlu diragukan lagi.  Keahlian kelompok ini adalah melakukan; ambusment, penghadangan,  penyerangan turis barat , pos militer, kantor Polisi, dan penculikan. Dalam lingkungan internal mereka, para penjahat ini memberi nama perjuangan mereka sebagai ” Jama’at Ahl as- sunnah lid-dakwah wal-Jihad ” yang apabila diterjemaahkan bebas menjadi Jemaat Sunnah untuk dakwah  dan Jihad.

Kekerasan dan kebiadaban Boko Haram bisa berbagai bentuk dari penyerangan, penculikan hingga perkosaan. Pada beberapa negara bagian seperti Borno, Kaduna, Yobe, Adamawa, Kano dan Bauci  seakan sudah menjadi langganan. Sudah terlalu sering mereka dijadikan sasaran dan langganan korban kekerasan.

Saat ini pemimpin kelompok Boko Haram adalah Abu Bakar Shekau. Di tangan Sekaulah anak-anak umur belasan tahun diajarkan menyerang penduduk yang tidak berdosa. Dan ternyata di tangan Sekaulah anak-anak ini memiliki keberanian yang rata-rata melebihi orang dewasa.

Pada akhir tahun lalu, tepatnya  padan bulan Desember 2017 serangan Bom Bunuh diri Boko Haram telah menyebabkan enam orang tewas. Ketika  sebuah bom diledakkan di sebuah pasar yang ramai dan padat pengunjung  di wilayah Amarwa .  Sebelumnya pada bulan April 2017 sebuah bom bunuh diri juga menewaskan 10 orang setelah dua wanita meledakan diri yang sebelumnya mereka berdua telah menyerang sebuah desa.

Para pengamat berpendapat bahwa pola serangan Boko haram di bawah Sekau diduga telah memiliki jejaring luas di dalam lingkungan masyarakat sipil yakni dengan menggunakan pembom bunuh diri warga sipil tanpa pandang bulu, tanpa melihat gender, tanpa melihat usia bahkan sudah juga dengan menggunakan modus serangan, seperti halnya ISIS;  serangan tabrak lari, ambusment dan penghilangan.

Kasus yang paling diingat masyarakat Nigeria adalah kasus penculikan 200 lebih gadis Nigeria pada tahun 2014.  Kasus serangan di Chad, Kamerun dan Nigeria. Masyarakat Nigeria juga menuntut Boko Haram bertanggungjawab atas hampir 5500 kematian pada tahun 2015 saja.  Dalam banyak literature ada yang berpendapat bahwa pemikiran  awal Boko Haram akan memuat jejaring memiliki hubungan dengan Al-Qaeda. Namun, Boko Haram pada akhirnya secara resmi menyatakan keluar untuk selanjutnya mendukung ISIS.  Meskipun banyak yang percaya bahwa dukungan hanya bumbu-bumbu asimetrik atau tokenistik.

2.ISIS atau DAESH

Walaupun kini dianggap telah kalah, ISIS tetap dianggap sebagai teroris paling terkenal di dunia saat ini. Pada 2015, ISIS atau ISIL telah melakukan serangan di 252 kota yang berbeda benua, dan bertanggungjawab atas dari 6000 lebih kematian. Sejak dibentuk telah diperkirakan ISIS danafiliasi setianya dianggap paling bertanggungjawab atas 33.000 kematian. Ratusan ribu orang lainnya terluka, bahkan tidak sedikit yang dijual sebagai budak, dipaksa untuk masuk Islam, disiksa dan dipindahkan secara paksa.

Dengan kampanye besar-besaran yang terus-menerus dengan serangan koalisi yang tak henti untuk mengalahkan ISIS, baik di Irak maupun di Suriah, akhirnya  jumlah pejuang ISIS semakin berkurang.  Meskipun begitu ISIS telah mampu menciptakan produk teroris  yang lebih mengerikan yang mampu meningkatkan serangan model baru, yang murah biaya, tetapi berdampak lebih menakutkan yaitu serangan ” lonewolf”  terhadap kota-kota di  utamanya di negara negara Barat.

3.Taliban

Dengan membuka lembaran kelam atas rangkaian kekejaman dan kejahatan mulai dari pemboman bunuh diri, penggunaan dan penjualan narkoba untuk alasan pendanaan perjuangan,  perdagangan manusia hingga prostitusi dan pemerasan, Taliban seperti halnya  ISIS menunjukan eksistensinya sebagai kelompok pejuang ideologis yang paling hebat dan ulung.  Tak lama setelah serangan WTC  11 September 2001, Presiden George W Bush langsung memerintahkan untuk menginvasi Afganistan. Saat itu, dunia seakan tersadar akan kekuatan dan pengaruh kelompok dan organisasi teroris yang sudah lama ada ini.

Betapa tidak kelompok teroris ini juga yang berhadap-hadapan secara tanzim ziry  dan berhadapan terbuka dengan Rusia. Itulah realitas perang Afghan dari  tahun 70-an dan tahun 80-an. Sulit bahkan tidak mungkin menghitung jumlah kematian dan jumlah kerusakan yang terjadi di tangan Taliban ini, tetapi secara kasar bisa diperkirakan lebih dari 173.000 orang telah tewas di Afghanistan dan Pakistan sejak tahun 2001.

  1. Al Qaeda

Didirikan oleh Osama Bin Laden bersama beberapa kelompok homegrown  teroris lainnya.  Al Qaeda bahkan mengklaim bertanggungjawab atas berbagai serangan besar sejak awal 1990-an termasuk pengeboman Kedubes AS tahun 1998 di Kenya dan Tanzania. Mereka bertanggungjawab atas Bom  Bali tahun 2002, pemboman kereta Madrid tahun 2004, pemboman London pada 7 Juli 2005 dan, tentu saja, WTC. Tidak mungkin dan sangat sulit menghitung berapa  jumlah kematian warga sipil di tangan Al-Qaeda. Al-Qaeda tergolong sangat sadis. Pengamat mengatakan Al Qaeda telah membunuh lebih banyak orang Muslim daripada non muslim.

Begitu juga klaim mereka mengenai Muslim liberal, Syiah, dan paham lainnya sebagai bid’ah dan non-Muslim. Mereka bahkan juga membom masjid. Banyak kalangan yang menghitung bahwa antara tahun 2000 sampai 2013, bagaimanapun alasannya, fakta menunjukkan bahwa lebih banyak orang tewas atau terluka karena serangan  Al-Qaeda daripada  akibat serangan kelompok teroris lainnya.

  1. Shabaab

Dalam banyak literatur Shabaab artinya “pemuda” dalam bahasa Arab. Al Shabaab bermakna sebagai organisasi Islamis. Shabab adalah kelompok militan Somalia yang bertekad untuk menggulingkan pemerintah yang  sah yang didukung oleh PBB. Pada tahun 2006, kelompok ini memiliki sekitar 9000an  anggota.  Mereka  memaksakan agar hukum syariah menjadi satu satunya hukum yang harus dijalankan dan yang lain tidak boleh ada.

Aktifitas kelompok ini  meningkat sampai ke dekat Kenya. Mereka juga meluncurkan serangan granat, serangan bersenjata, dan pada tahun 2015, mereka membunuh 148 siswa di sebuah universitas Kenya.  Kehadiran dan keberadaan mereka meningkat

dalam 12 bulan terakhir, tepatnya pada tahun 2017 dengan berbagai serangan.  Masih di tahun 2017, sekitar 70 orang, termasuk anak-anak, tewas di sebuah pangkalan militer Somalia dan mereka berhasil menyita senjata dan amunisi.

Kerawanan Pasca ISIS

Setelah mengejutkan dunia pada tahun 2014, ISIS memang telah menjadi salah satu teroris yang sukses. Jika al Qaeda bisa berdiaspora melalui aksi di berbagai daerah, ISIS melebihi al Qaeda. Kelebihan ISIS sebagai terorisme global karena ia sempat mempunyai basis wilayah dan teritori yang mereka klaim sah. Berbeda dengan kelompok teroris lainnya.

Melakukan penyerangan sadis dan mencaplok wilayah adalah ciri ISIS. Dan walaupun ISIS telah usai pola penyerangan dan pencaplokan itu menjadi momok yang menakutkan dan itu terjadi di Filipina. Lalu bagaimana antisipasi pasca ISIS?

  1. Untuk kawasan Asia Tenggara, Pasca Marawi masih akan melahirkan beberapa serangan lokal domestik di Filipina akibat didirikannya camp militer di eks komplek Marawi yang hancur dan dijadikan monumen ground zero. Sementara masyarakat banyak yang mengungsi dan terpaksa pindah alamat.  Infrastruktur bagi masyarakat yang mengungsi tidak dibangun. Tentara dan polisi masih dijadikan target baik oleh Abu Sayyaf maupun kelompok radikal lain termasuk komunis.
  2. Myanmar mempunyai persoalan baru, setelah banyak pengungsi Rohingya yang tidak mau kembali ke Negaranya. Alqaedah di Banglades ARSA. ARNO, RSA menjadi sel tidur yang siap mendukung moslim Rohingya.
  3. Kelompok Radikal yang mau dan telah berniat bergabung ke Suriah, Iraq dan Marawi namun belum punya kesempatam menjadi kelompok frustrasi (frustrated traveller). Mereka telah radikal dan menjadi sel tidur yang siap bangun menunggu momentum.
  4. Telah terjadi Radikalisasi dalam keluarga, dimulai dari ayah, ibu dan anak anak, serta kesiapan mati dengan mengorbankan diri mereka sendiri.
  5. Karena ISIS sudah bubar, maka terjadi pergeseran radikalisasi global menjadi radiklisasi lokal (Glokalisasi ).