Perang Media Sosial

Perang Social Media, Al-Qaidah Kalah Populer dari ISIS

Jakarta — Berbagai situs dan akun sosial yang menyebarkan propaganda media sosial di wilayah Asia Selatan, ketenaran kelompok Al-Qaidah kini menurun drastis dan kalah populer dari kelompok militan ISIS.

Para pakar ekstremisme memaparkan bahwa faksi Taliban yang tidak aktif kini mulai menyebarkan paham ISIS, yang dinilai sangat cepat dapat merebut sejumlah wilayah di Irak dan Suriah.

Dilaporkan Reuters, popularitas ISIS di media sosial kini jauh melampau al-Qaidah yang dulu mampu menarik perhatian kelompok pemberontak lokal akibat sokongan dana yang kuat dan banyaknya pejuang asing yang bergabung. Namun kini, markas al-Qaidah dinilai telah hancur diserang serangan nirawak serta pengaruh tradisionalnya sudah terkikis.

“Taliban dan al-Qaeda hampir tak lagi pernah disinggung. Sebagian besar situs-situs propaganda telah mengalihkan konten mereka ke Negara Islam (ISIS),” kata Omar Hamid, kepala analisis Asia di IHS Country Risk, dikutip dari Reuters, Jumat (19/6).

Hamid menilai bahwa sejauh ini kampanye ISIS di media sosial belum diimbangi dengan dukungan material kepada kelompok Asia Selatan seperti Taliban. Namun, kampanye ISIS telah merebut simpati berbagai kelompok sempalan yang tidak puas.

Sejumlah komandan Afghanistan telah berbaiat kepada IS, dan menentang pembicaraan damai antara pemerintah dan Taliban. Sementara beberapa komandan lainnya mempertanyakan apakah Mullah Omar, pemimpin Taliban yang tertutup dan memiliki hubungan dekat dengan al-Qaidah kini masih hidup.

Di Pakistan, rumah bagi berbagai kelompok sempalan Taliban yang bersekutu, kepemimpinan Taliban masih diperdebatkan. Beberapa fraksi juga telah bersumpah setia kepada ISIS dan membuktikannya dengan memenggal kepala seorang tentara, merekamnya, dan mengunggahnya secara daring.

Untuk mengatasi hal ini Taliban Afghanistan bahkan telah mengirim surat kepada pemimpin ISIS pada pekan ini, guna mendesak ISIS menghentikan perekrutan di Afghanistan.

“Dua belas bulan lalu, mayoritas situs media sosial dalam bahasa Urdu atau Pashto memiliki sekitar 70 persen konten yang terkait dengan berbagai kelompok jihad Asia Selatan. Sejak September tahun lalu, semuanya berubah, konten ISIS meningkat drastis hingga 95 persen,” kata Hamid, mengacu pada situs berbahasa Urdu dan Pashto yang umum digunakan di Pakistan dan Afghanistan.

Hamid, mantan perwira polisi kontraterorisme di Pakistan, menganalisis puluhan profil Twitter dan Facebook militan serta situs propaganda mereka.

Pemerintah Pakistan berulang kali berjanji untuk melarang situs jihad, namun sebagian besar tetap dapat diakses secara daring. Juru bicara otoritas telekomunikasi Pakistan juga tidak memiliki data jumlah situs militan telah dilarang.

“ISIS sudah pasti menggantikan popularitas al-Qaidah,” kata Saifullah Mahsud, kepala Pusat Penelitian FATA, lembaga think tank yang berbasis di Islamabad.

“ISIS adalah anak emas baru. Namun ideologinya sendiri telah menjamur sejak dahulu,” kata Mahsud.

sumber : http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150619185331-120-61199/dalam-perang-social-media-al-qaidah-kalah-populer-dari-isis/