Mengenal Abu Bakr Al Baghdadi: Si Bengis di Balik ISIS

Percaya atau tidak, ISIS adalah kendaraan perang yang digunakan berbagai pihak –termasuk non-muslim—untuk mengeruk keuntungan. Jika harus menunjuk hidung pihak yang paling bebal dibalik ISIS, tentu Abu Bakr Al Baghdadi lah orangnya. Masyarakat luas mengenalnya sebagai pemimpin tertinggi organisasi terorris ISIS, ia bukan tipe orang yang gemar selfie, sehingga tak banyak foto wajahnya yang tersebar.

Semenjak resmi menjadi pimpinan tertinggi ISIS, ia ‘tiba-tiba’ saja menjadi misterius. Ia melengkapi dirinya dengan kawalan ketat pasukan bersenjata lengkap dengan seabrek peraturan yang melindunginya dari jepretan kamera. Salah seorang warga Raqqa menuturkan tentang sikap anti kamera si Baghdadi, saat muncul, dengan tiba-tiba ia bisa langsung menghilang. Ketika Baghdadi meninggalkan masjid, warga sipil baru diperkenankan untuk meninggalkan masjid 30 menit kemudian. Sekilas ia tampak sedang ingin membangun citra sebagai seorang pemimpin misterius yang diciptakan Tuhan hanya untuk misi-misi serius. Itu sebabnya ia tak sudi orang lain tahu gerak geriknya.

Baghdadi sepertinya lupa, ada adagium yang berbunyi ‘makin dilarang, makin bikin penasaran’. Semakin ia melarang orang lain tahu siapa dia sebenarnya, semakin orang penasaran untuk mencari tahu. Hasilnya, kini telah banyak orang yang tahu siapa dia. Media-media yang ada di Timur Tengah dan Internasional berlomba-lomba untuk menguak jati diri si gembong teroris ini.

Foto pertama –dan merupakan data pembuka—tentang Baghdadi ditemukan. Foto tersebut diambil ketika Baghdadi menjadi penghuni lembaga pemasyarakatan di Irak pada tahun 2004. Tapi jangan dibayangkan dia ditahan karena kasus terorisme atau gerakan jihadis lainnya, bukan, ia ditahan hanya karena alasan keamanan tertentu.

Ia masuk dalam kategori tahanan sipil, artinya ia ditangkap atas kasus sederhana. Data ini mematahkan anggapan bahwa laki-laki yang ternyata nama aslinya adalah Ibrahim Awad Al-Badry ini memiliki jejak-jejak pergerakan jihadis sebelum membentuk ISIS. Dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa pekerjaan si Ibrahim alias Baghdadi ini adalah seorang sekretaris bidang tata usaha. Khusus untuk masalah nama, dia diketahui pernah menggunakan banyak nama lain, diantaranya Abu Awad dan Abu Dua.

Ibrahim Awad Al-Badry diketahui berasal dari kota Samara, terletak di sebelah utara kota Baghdad. Ia lahir di kota itu pada tahun 1971. Ia mengaku sebagai keturunan Fathimah binti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.  Para tetangganya di Samara mengenal Ibrahim sebagai sosok yang pendiam. Tareeq Hameed, salah seorang tetangganya masih mengingat betul sosok Ibrahim, “Anda akan kesulitan mendengarkan suaranya, dia tidak suka ngobrol,” jelasnya di sebuah laman Newsweek. Ibrahim dikenal sebagai sosok yang shaleh dan cenderung menyendiri.

Laki-laki ini juga masih ingat betul bagaiman Ibrahim di waktu kecil, katanya Ibrahim gemar bersepeda dan mengenakan topi warna putih, “Saya tidak pernah melihatnya mengenakan celana panjang atau kaos seperti umumnya pemuda di Samara,” lanjutnya. Ia juga ingat bahwa Ibrahim gemar bermain bola, menurutnya Ibrahim adalah pemain belakang yang handal, ia sulit dilewati.

Kampung halaman Ibrahim atau Baghdadi merupakan kawasan kelas menengah ke bawah, dihuni oleh mayoritas suku Al-bu Badri atau Al-bu Bas yang dikenal sangat militan. Wilayah ini sempat pula menjadi sasaran bom Amerika pada 2003 sebagai bagian dari upaya Amerika membasmi kantong-kantong militan bersenjata.

Diantara pimpinan kelompok radikal ekstrimis lainnya, seperti Alqaeda, Al Baghdadi dikenal sebagai sosok yang memiliki kecerdasan dan pemahaman agama yang lebih baik dibanding petinggi Al Qaeda seperti Osama Bin Laden atau Ayman Al Zawaihiri. Sebab itulah Al Baghdadi begitu dielu-elukan di hadapan pengikutnya. Situs ISIS menyebutkan bahwa pimpinanya tersebut belajar mengaji dan ilmu pengetahuan lainnya di sebuah masjid di Samara. Ia juga belajar langsung pada Syeikh Subhi Al Saarai dan Syeikh Adnan Al Ameen.

Beberapa kalangan menilai bahwa pemikiran dan sikap radikal ekstrimis yang ada pada Al Baghdadi disebabkan oleh 2 hal. Pertama, fakta bahwa ia tumbuh dewasa di era kepemimpinan Saddam Hussein yang membuatnya mau tak mau harus terbiasa menyaksikan adegan-adegan kekerasan dan pemberontakan yang terjadi disekitarnya. Ia juga dilaporkan menjalani latihan ala militer sebagaimana umumnya pemuda di masa itu.

Kedua, ketika menjalani masa penahanan di penjara Irak, Al Abaghdadi menempati kamp Bucca dimana para militan saling bertemu. Termasuk militan anggota partai Bath. Seorang editor carneegien-dowment.org, Aron Lund, menyatakan bahwa banyak dari tahanan yang menempati kamp ini di kemudian hari menjadi anggota ISIS.

Hal ini rupanya menimbulkan kejanggalan tersendiri, karena menurut Syeikh Al Maqdisi dalam sebuah wawancara dengan sebuah televisi lokal di Yordania menyebutkan fakta bahwa para pemimpin ISIS saat ini adalah para petinggi Partai Bath di era Saddam Husein. Syeikh Al Maqdisi membeberkan kejanggalan kelompok ISIS, menurutnya para petinggi kelompok ISIS adalah orang-orang yang dulu telah membunuh dan menzhalimi kaum muslimin di bawah payung partai Bath. Tetapi, kini mereka tiba-tiba merubah muka dan mengklaim diri sebagai Khilafah Islamiyah.

Dagelan apa lagi ini?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *