Laporan Intelijen AS Sebut Selama Pandemi Covid-19, Serangan ISIS Semakin Intens

Washington – Laporan intelijen yang dikeluarkan Combined Joint Task Force – Operation Inherent Resolve (CJTF-OIR) dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) pada 31 Juli 2020 mengungkap, militan ISIS telah melakukan gelombang serangan selama Ramadhan dan mengeksploitasi pandemi covid-19 dengan melakukan lebih banyak aksi.

Dikutip dari Sputnik Jumat (7/8), hal tersebut pun berdampak pada pasukan keamanan Irak, Pasukan Demokrat Suriah (SDF), dan pasukan koalisi pimpinan AS. Bahkan, laporan tersebut juga menyoroti adanya kemungkinan kaburnya ribuan tahanan ISIS di pusat penahanan yang dijaga oleh SDF.

“Pasukan mitra di kedua negara (Irak dan Suriah) melakukan operasi melawan ISIS selama kuartal tersebut, tetapi karena Covid-19, koalisi memberikan lebih banyak dukungan dan pelatihan secara virtual,” demikian bunyi laporan tersebut merujuk pada bulan suci Ramadhan pada 24 April hingga 23 Mei lalu.

World Politics Review pada 4 Juni melaporkan, ISIS telah meningkatkan kampanye kekerasan di pedesaan Irak. Sebanyak sekitar 108 serangan terkait dengan pasukan ISIS telah dilakukan di Irak sejak April.

Di sana juga dijelaskan, beberapa peneliti mengemukakan kekhawatiran bahwa ISIS bisa mengeksploitasi kurangnya tekanan selama pandemik Covid-19 dan dapat memperoleh keuntungan jika penanganan wabah pemerintah tidak efektif serta muncul ketegangan sektarian.

Sementara itu, dari hasil penelitian lembaga think-tank, Pusat Internasional untuk Kajian Radikalisasi yang berbasis di Inggris, teroris justru memandang penjara sebagai kesempatan untuk berkumpul dan merencanakan serangan baru.

“Perekrut yang dipenjara mempelajari psikologi untuk menjadi perekrut yang lebih baik, sementara para ideolog yang dipenjara mempelajari sejarah Islam dan jihadis untuk menjadi ideolog yang lebih baik,” klaim lembaga think tank non-pemerintah itu.

Meski begitu, CJTF-OIR menolak anggapan bahwa ISIS bangkit kembali di Irak dan Suriah. Badan Intelijen Pertahanan AS tersebut menyatakan, para militan tidak akan bisa mempertahankan tingkat aktivitas yang lebih tinggi.

“ISIS tidak bangkit kembali,” tegas badan tersebut.