Kerukunan Beragama Jadi Benteng Masuknya Radikalisme di NTT

Kupang – Kerukunan terjaga karena menghargai perbedaan dan menjadi benteng untuk menangkal aliran jahat atau radikalisme yang masuk ke wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Demikian pernyataan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya pada saat membuka Dialog Pemerintah Provinsi NTT dengan pimpinan Lembaga keagamaan tahun 2015.

Tema dialog yakni Sehati, Sesuara Menciptakan Kerukunan Umat Beragama Se Nusa Tengara Timur. Pada dialog itu Gubernur NTT, Frans Lebu Raya memberikan materi tentang ‘Strategi Percepatan Pembangunan Melalui Enam Tekad Pembangunan NTT Dengan Spirit Anggur Merah Serta Masuknya Aliran Agama Tertentu dan Ancaman ISIS’.

Kegiatan itu berlangsung di Rumah Jabatan Gubernur, Jalan El -Tari Kupang, (27/4).

“Kondisi Ekonomi di NTT pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan ekonomi lebih tinggi yakni 5.04 persen dibandingkan dengan pertumbuhan nasional 5,02 persen. Inflasi NTT 7,76 lebih rendah dari nasional 8,36 dan penurunan penduduk miskin pada 2010 -2014 sebesar 3, 43 persen.

Selain itu berpedoman pada Tri Sakti yakni berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepripadian dalam bidang kebudayaan.

“Pemerintah Provinsi NTT terus menerus bersinergi untuk memperjuangkan kemajuan dari hari ke hari dan tentu menjadi harapan bersama untuk bisa mewujudkan NTT menjadi lebih baik,” kata Frans Lebu Raya.

“Kami telah mengadakan rapat bersama Forkompimda dengan Tiga Provinsi yakni Bali, NTB dan NTT untuk mendiskusikan persoalan terkait ISIS dan telah menetapkan strategi antisipasi,” sambung Frans.

Menurut Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang Pr, bahwa Kerukunan umat beragama di NTT cukup baik dan sangat menjanjikan. Penghargaan terhadap perbedaan, kesadaran menghormati, menghargai sangat tercermin dalam keseharian masyarakat NTT.

“Jika tidak ada penghargaan maka akan memicu munculnya radikalisme. Disamping itu kemiskinan juga bisa menjadi pintu masuk untuk radikalisme,” jelas Petrus Turang.

Terkait Swasembada Pangan, Pemerintah provinsi diharapkan untuk memperhatikan dan memperbaiki irigasi di Oepoli, Bena dan yang ada di Benanain.

Kapolda NTT, Brigjen Pol Endang Sunjaya, mengapresiasi kerukunan agama di NTT, hal ini yang menjadi kekuatan untuk dan harapan bersama melalui diskusi, sharing antar agama ini diharapkan kerukunan agama ini tetap terjaga dengan baik.

“Anak-anak dari dini harus diberi kemahiran, agar tidak menambah jumlah pengangguran, tidak terlibat dalam Human traficking dan ancaman narkoba. Itu yang harus kita hindari,” ungkap Endang Sunjaya.

Acara itu dilanjutkan dengan penyerahan Bantuan Sosial secara Simbolis Kepada Pimpinan Lembaga Keagamaan Dalam rangka Pemberdayaan Ekonomi Umat atau jemaat dan diakhiri dengan makan siang bersama.

Turut hadir pada kesempatan itu Wakil Ketua DPRD NTT, Forkopimda Provinsi NTT, Pimpinan SKPD Provinsi NTT, Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang, Pr, Vikjen Keuskupan Agung Ende, Rm. Cirilus Lena. Pr, Vikjen Keuskupan Agung Ruteng, Rm Canisius Ali, Pr, Ketua Sinode Gereja Masehi Injil di Timor (GMIT) Pdt. Boby Litelnoni, Sekretaris GMIT Pdt. Benyamin Nara Lulu, Sekretaris Umum MUI NTT Drs. H Mandarlangi Pua Upa, Perwakilan dari Perisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Made Tusan Suraya.Tokoh-tokoh Agama serta Senat Mahasiswa Universitas Widya Mandira Kupang dan Universitas Nusa Cendana Kupang dan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI).

sumber : beritasatu.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *