Erdogan Minta Bantuan NATO Lawan Ancaman ISIS di Suriah

Erdogan Minta Bantuan NATO Lawan Ancaman ISIS di Suriah

Ankara – Presiden Recep Tayyip Erdogan meminta bantuan tambahan kepada NATO untuk membantu memperkuat pertahanan Turki di wilayah yang berbatasan dengan Suriah. Menurutnya bantuan dibutuhkan untuk melawan setiap ancaman yang berbasis di Suriah, termasuk ISIS.

Turki dan rezim Suriah yang ditengahi Rusia sepakat melakukan gencatan senjata di Idlib. Tiga hari setelah kesepakatan diteken, Ankara mengancam akan mengambil tindakan sepihak jika gencatan senjata dilanggar.

“(Kami telah meminta) bantuan tambahan NATO di Suriah, untuk pertahanan perbatasan dengan Suriah, dan sehubungan dengan tantangan migrasi,” kata Erdogan kepada wartawan pada hari Senin bersama dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

“Turki mencari dukungan konkret dari semua sekutu kami untuk perjuangan ini,” lanjut dia, yang menambahkan bahwa Turki adalah satu-satunya kekuatan NATO untuk melawan ancaman yang berbasis di Suriah, termasuk kelompok radikal ISIS.

“Situasi di Suriah mengancam Eropa. Tidak ada negara di Eropa memiliki hak untuk melihat dengan acuh tak acuh pada drama kemanusiaan di Suriah,” kata Erdogan, seperti dikutip Sputniknews, Selasa (10/3/2020).

Sementara itu, Stoltenberg menunjuk migrasi dan arus pengungsi di sepanjang perbatasan Yunani-Turki sebagai “tantangan bersama”. Dia mengatakan masalah ini membutuhkan solusi bersama.

“Jadi saya menyambut dialog antara Turki dan Uni Eropa, dan saya percaya bahwa jalan ke depan dapat ditemukan. NATO akan terus memainkan perannya. Kami saat ini dikerahkan di GNC untuk membantu mengatasi krisis pengungsi dan migran. Sekutu juga siap untuk terus mendukung Turki, dan kami sedang mengeksplorasi apa lagi yang dapat kami lakukan,” kata Stoltenberg.

Pada hari Minggu, Erdogan meminta Yunani untuk membuka gerbang bagi para migran. Dia juga meminta negara itu membiarkan para migran pergi ke negara-negara Eropa lainnya.

Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas memperingatkan Ankara untuk tidak menggunakan masalah migran sebagai “chip tawar-menawar politik” dengan negara-negara Eropa menjelang pembicaraan dengan para pejabat Uni Eropa.

Puluhan ribu migran telah berkumpul di perbatasan Turki-Yunani akhir bulan lalu setelah Ankara mengumumkan bahwa mereka telah membuka perbatasannya dengan Uni Eropa di tengah pertempuran di Idlib, Suriah. Pekan lalu, Presiden Erdogan memperingatkan bahwa ia akan mengizinkan jutaan pengungsi untuk bergerak menuju perbatasan Turki dengan Uni Eropa.