Bersama Tanggulangi Terorisme

Rapat Koordinasi Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pencegahan Terorisme (RAN-PT) 2016 yang diselenggarakan oleh Direktorat Pencegahan BNPT di Hotel Treva Internasional, (27/11/15) telah mengulas tentang rencana aksi nasional yang telah disusun oleh tim dalam rangka mendapat respon dari ormas-ormas dan perhimpunan dari seluruh organisasi yang ada di Jakarta seperti NU, Muhammadiyah dan ormas-ormas agama lainnya.

Tim penulis, Malik Ridwan yang memotori penyusunan RAN-PT ini menyampaikan bahwa draft penyusunan RAN-PT  ini masih sangat membutuhkan masukan dari semua pihak sehingga akan menyempurnakan penyusunan ini dan menjadi tolak ukur dalam menjalankan pencegahan terorisme di tengah-tengah masyarakat. RAN ini bertujuan untuk mensinergikan  upaya semua pihak terkait di tanah air untuk berperan serta dalam menanggulangi terorisme mengingat terorisme ini merupakan ancaman riil yang tidak dapat dihindari dan  harus selalau diwaspadai.

Jabal Izza dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mengatakan bahwa pihaknya memiliki lebih dari 300 lebih anggota yang beroperasi  sebagai operator dan lebih dari 400 anggota tidak langsung yang bekerja di jaringan internet. Internet merupakan celah yang paling mudah dimasuki oleh jaringan teroris makanya pihaknya menilai asosiasinya sangat  strategis dalam menanggulangi radikalisme dan terorisme.

 Untuk sementara Asosianya telah  bekerjasama dengan Keminfo untuk menanggulangi teroris dengan menggunakan sistim yang dianggap lebih bersih dan aman sehingga dengan mudah mengontrol kegiatan para terorisme tersebut melalui internet. Menurutnya bahwa kerjasama dengan pemerintah sangat diperlukan karena dengan demikian pihaknya akan mampu mendeteksi situs situs yang dianggap berbahaya bagi masyarakat

Cucu Siliuman dari Serikat Buruh Muslim Indonesia yang berada di bawah naungan NU menyampaikan bahwa buruh sangat rentan sekali khususnya yang terkait dengan politik dan ekonomi dan menyampaikan bahwa jumlah tenaga kerja Indonesia juga banyak di luar negeri dan mereka ini memiliki potensi untuk merekrut calon-calon terroris karena mereka memiliki kemampuan keuangan yang mungkin di peroleh dari oknum-oknum tertentu karena itu, BNPT semestinya juga memberikan perhatian kepada para buruh Indonesia yang ada di luar negeri .

Di sisi lain ia mengatakan bahwa masalah perbatasan memang sangat miris karena tidak adanya sinergitas antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan tim yang ada di lapangan dan mereka masing-masing jalan sendiri sehingga tidak efektif dan menjadi jalan aman bagi lalu lintas oknum-oknum yang radikal khususnya di perbatasan Indonesia-Malaysia. Jika perbatasan itu tidak ketat maka ini menunjukkan kelemahan sistim pengamanan karena itu pemerintah harus memberikan dalam hal tersebut.

Sementara dari Lakspedam NU menyinggung bahwa RAN-PT yang ada saat ini belum memiliki indicator-indikator tentang setiap kegiatan termasuk indicator setiap instansi sehingga masyarakat bisa menilai keberhasilan dan urgensi RAN-PT ini . selain itu, ia mengatakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi umat Islam saat ini adalah respon terhadap setiap insiden yang terjadi. Jika pembantaian terjadi di Palestina dan negara-negara Islam lainnya semua pihak hanya berdiam dan tidak melakukan apa-apa semengtara jika terjadi di negeri yang bukan Islam seperti yang terjadi di Paris respon bermunculan dari mana-mana. Hal ini perlu diperjelas dalam kebijakan BNPT sehingga tidak menimbulkan kesan negatif tentang BNPT karena tugas BNPT pada dasarnya sangat strategis yaitu menjaga keutuhan nasional karena itu perlu kebijakan yang sangat strategis bagi upaya melindungi dan memelihara keutuhan nasional.

Forum Alumni Afghanistan selaku perwakilan menyampaikan orang-orang Indonesia kini banyak bergabung ke dalam ISIS dan mereka nanti jika kembali ke Indonesia sudah dapat dipastikan akan menjadi ancaman bagi Indonesia karena itu, pemerintah harus kembali memperketat perbatasan karena diyakini bahwa orang-orang Indonesia yang telah ikut di ISIS sudah tidak lagi memiliki identitas seperti passport. Terkait pembinaan yang telah disinggung harus terus dilanjutkan pada tahun-tahun yang akan datang karena jika tidak dilakukan pembinaan maka ini juga tetap akan menjadi radikal dan sewaktu-waktu akan melakukan tindakan teroris.

Dalam menanggapi sejumlah tanggapan, BNPT menyampaikan bahwa pada dasarnya berbagai kegiatan dan kebijakan telah dilakukan BNPT termasuk menghadirkan ex-ex combatant teroris seperti Abdurrahman Ayyub, Nassir Abbas dan juga korban-korban bom sebagai wujud bahwa apa yang dilakukan BNPT bukan sekedar ilusi sebagaimana yang selama ini sering kali dituduhkan kepada BNPT.

BNPT dalam upaya mencegah terorisme di lapangan terdapat berbagai hambatan dan resistensi yang cukup tinggi oleh karena itu, BNPT membutuhkan mitra dari  seluruh instansi pemerintah, tokoh masyarakat dan tokoh agama termasuk para pendidik untuk menjamin terlaksananya program kerja BNPT.  Selain itu, masukan-masukan yang akan disampaikan akan sangat mendukung penyempurnaan penyusunan RAN-PT ini karena dengan demikian RAN ini akan lebih akuntable dan dapat dipertanggung jawabkan