Amonium Nitrat Pemicu ‘Bom’ Beirut? Ini Penilaian Pakar Ledakan

Beirut – Ibu kota Lebanon, Beirut diguncang ledakan dahsyat yang menewaskan sedikitnya 100 orang dan ribuan korban luka-luka. Peristiwa ledakan terekam oleh sejumlah saksi mata. Sumber ledakan berasal dari 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan dalam sebuah gudang di pelabuhan.

Chris Hunter, pakar ledakan asal Inggris yang biasa menjinakkan bom milik teroris menggunakan sejumlah rekaman video yang beredar untuk membuat analisis ledakan tersebut. Hunter merupakan saksi ahli dalam persidangan di Den Haag, untuk memberikan keterangan atas bom mobil yang menewaskan Perdana Menteri Lebanon Rafik Hariri pada 2005 silam.

Dilansir Sky News, Rabu (5//8/2020), Hunter mengatakan dari ciri-ciri yang muncul setelah ledakan, asap putih, merah muda, dan merah menurut Chris Hunter seperti yang terekam, menurutnya bukan berasal dari bubuk mesiu atau amunisi.

Menurutnya, ketika ada ledakan biasanya menghasilkan dua jenis asap, hitam atau putih. Jika berwarna hitam, dia mengatakan ledakan bersumber dari jenis bahan peledak tinggi atau high explosive, jenis yang digunakan dalam militer atau bom mobil teroris. Namun, jika yang muncul asap putih itu biasanya konsisten dengan bahan peledak berdaya ledak rendah atau low explosive.

“Bagiku warna merah tua itu berasal dari api, jadi itu bisa dari bahan yang terbakar, furnitur atau semacam pewarna atau cat. Bisa juga dari jumlah debu di daerah itu,” ujarnya.

Dia menambahkan, bahan peledak tinggi meledak dengan gelombang kejut supersonik dari detonator, sementara bahan peledak rendah terbakar.

“Hal pertama yang saya pikirkan ketika saya melihat ledakan besar ini adalah sangat tidak mungkin bersumber dari bubuk mesiu atau amunisi di daerah seperti itu. Ini lebih konsisten dengan ledakan rendah terbatas, sesuatu seperti ledakan kembang api,” tegasnya.

Besarnya daya ledak yang terjadi, menurut Hunter karena sejumlah bahan di lokasi ledakan yang menambah campuran bahan peledak. Dan bahan itu tidak harus bahan peledak.

“Cukup sering, jika Anda mendapatkan campuran debu yang mudah menguap dan sesuatu yang mudah terbakar, itu bisa meledak. Jadi, ketika Anda mendengar tentang pabrik serbuk gergaji, pabrik tepung, pabrik gula, hal-hal semacam itu juga dapat menyebabkan ledakan. Jadi itu bisa saja salah satu dari hal-hal itu yang terbakar yang kemudian menyebabkan ledakan,” ujarnya.

Hal ini, kata Hunter, diperkuat dengan pernyataan kepala keamanan internal Lebanon yang mengatakan daerah di lokasi ledakan memiliki bahan yang sangat mudah meledak tetapi bukan bahan peledak.

Menurut Hunter, ada bahan yang, ketika stimulus yang tepat diperkenalkan kepada mereka, berpotensi meledak dalam kondisi tertentu.

“Jadi, misalnya, oksigen di rumah sakit bisa meledak ketika cukup panas. Gas propana tidak dirancang untuk mudah meledak – kami menggunakannya sebagai bahan bakar sehari-hari – tetapi jelas di lingkungan tertentu ia dapat meledak,” katanya.

Hunter mengatakan, salah satu sifat yang unik tentang bahan peledak jenis low explosive adalah bahwa jika Anda meningkatkan tekanan maka Anda meningkatkan laju pembakaran.

“Jadi jika Anda membatasi itu dalam wadah keras sehingga tidak memiliki tempat untuk pergi, Anda akan mendapatkan ledakan instan,” tukasnya.

Amonium Nitrat yang memiliki kode NH4NO3 adalah senyawa kimia yang stabil dan aman. Namun seperti yang dijelaskan, dalam dalam kondisi tertentu bisa menjadi bahan peledak.

Perangkat keadaan khusus diperlukan untuk mengubah amonium nitrat dari senyawa stabil menjadi bahan peledak, tanpa bahan bakar atau katalis eksternal. Ini diklasifikasikan sebagai bahan energetik, yang menghasilkan panas saat terurai, mirip dengan cara panas dihasilkan oleh bahan busuk di tumpukan kompos.

Jika ada jumlah amonium nitrat yang cukup, ia dapat menghasilkan panas yang cukup untuk membakar dan menjaga api tetap menyala, tanpa perlu katalis eksternal seperti nyala api. Ketika terbakar, amonium nitrat mengalami perubahan kimia yang mengarah pada produksi oksigen, tepatnya yang dibutuhkan api untuk terus menyala dan menjadi lebih besar. Saat memanas, bahan kimia dapat melebur menjadi satu, menciptakan segel atau steker. Ruang di belakang steker terus dipanaskan dan terbentuk gas.

Gas panas mengembang, tetapi, di belakang steker, tidak ada tempat untuk pergi. Akhirnya, gas akan menembus segel dan kekuatan itu akan memicu ledakan. Karena biaya rendah dan ketersediaan yang mudah didapatkan, amonium nitrat dalam bentuk pupuk telah digunakan untuk membuat bom. Amonium nitrat seperti mesin di balik ledakan, tetapi juga membutuhkan detonator dan bahan bakar.

Hal pertama yang terjadi selama ledakan bom pupuk adalah ledakan detonator. Energi gelombang detonasi menyebabkan amonium nitrat menguap – menjadi gas dalam sekejap. Molekul amonium dan nitrat terurai, dan sejumlah besar gas oksigen tiba-tiba terbentuk.

Gas yang dilepaskan dari pupuk pengurai inilah yang mendorong ledakan. Pelepasan oksigen yang cepat, bersama dengan energi dari gelombang detonasi, menyalakan bahan bakar. Ketika bahan bakar cair menyala, ia cepat terbakar, dan bahkan lebih banyak gas dilepaskan.

Dalam catatan sejarah, penggunaan bom pupuk berkali-kali digunakan oleh kelompok teroris. Bulan April 1992 Gedung The Baltic Exchange di London dihantam oleh bom pupuk satu ton yang ditanam oleh IRA, kelompok pemberontak Irlandia Utara. Ledakan di St Mary Axe menewaskan tiga orang, termasuk seorang gadis berusia 15 tahun.

Kemudian di Kota Oklahoma, Amerika Serikat, sebuah bom menarget gedung federal Alfred P Murrah dan menewaskan 168 orang. Pelaku Timothy McVeigh membuat bom mobil dari sebuah truk sewaan berisi 2.300 kg amonium nitrat, diledakkan di jalan di depan gedung tersebut pada 19 April 1995 pukul 9:02 pagi waktu setempat.

Di Indonesia, salah satu aksi teroris yang menggunakan bom amonium nitrat ini adalah kelompok teroris Amrozi Cs yang meledakkan Sari Club dan Paddy’s pada 12 Oktober 2002. Peristiwa ini dikenal dengan Bom Bali I. Polisi menemukan jenis bahan peledak yang digunakan dalam kasus tersebut mirip RDX yang ditandai adanya residu zat amonium nitrat dan jelaga yang merupakan salah satu bagian dari ramuan bom C4. Bom itu meninggalkan bekas berupa lubang seperti kepundan.