Amnesty Internasional: Ribuan Anak Yazidi Masih Dibayangi Ketakutan ISIS

Baghdad – Organisasi hak asasi manusia Amnesty International mengatakan ribuan anak-anak masyarakat minoritas etnis Yazidi masih menderita masalah kesehatan fisik dan mental. Mereka masih dibayangi ketakukan oleh kelompok militan ISIS.

Banyak anak Yazidi yang tewas ketika ISIS menyerang kampung halaman mereka pada tahun 2014 lalu. Hampir 2.000 anak yang berhasil selamat tidak mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Dikutip dari BBC, Kamis (30/7) Amnesty International mengatakan anak-anak itu telah diabaikan dan sangat membutuhkan bantuan jangka panjang. Ketika ISIS menyerang tempat tinggal mereka banyak dari masyarakat minoritas itu yang tewas dibunuh dan sekitar 7.000 perempuan dewasa dan remaja diculik dan diperbudak. Banyak juga dari mereka yang diperkosa.

Amnesty International meminta perempuan Yazidi yang diperbudak dan memiliki anak dengan pejuang ISIS disatukan lagi dengan anak-anak mereka di luar negeri.

Berdasarkan puluhan wawancara yang dilakukan di utara Irak. Dalam laporannya Amnesty International mengatakan anak-anak Yazidi ‘mengalami cedera jangka panjang’ serta stres pasca trauma, perubahan emosi secara mendadak dan kilasan ingatan buruk.

“Saya ingin memberitahu (masyarakat kami) dan semua orang di dunia, mohon terima kami dan terima anak kami, saya tidak ingin memiliki bayi dengan orang-orang ini, saya dipaksa memiliki anak oleh militan ISIS,” kata Janan yang berusia 22 tahun pada Amnesty International.

Saat melarikan diri dari benteng terakhir ISIS di Suriah. Banyak perempuan Yazidi yang terpisah dari anak-anak mereka.”Kami semua sempat berpikir untuk bunuh diri, atau mencoba melakukannya,” ujar Hanan.

Amnesty mengatakan para ibu harus disatukan kembali dengan anak-anak mereka secara permanen. Deputi Direktur tim respon krisis Amnesty Matt Wells mengatakan para perempuan itu tidak boleh dihukum lagi.”Perempuan-perempuan ini diperbudak, disiksa dan korban kekerasan seksual, mereka seharusnya tidak menderita hukuman apapun lagi,” kata Wells.