A. Zahro: Kita boleh merasa benar, asal jangan merasa benar sendiri

Perbedaan kerap menjadi sebab pertikaian, belakangan ini jenis perbedaan yang paling sering digunakan sebagai dasar pertikaian adalah perbedaan dalam hal agama. padahal perbedaan adalah berkah, demikian disampaikan oleh Prof. Dr. H. A. Zahro, MA, Imam Besar masjid Surabaya yang juga guru besar UIN Sunan Ampel, Surabaya pada dialog pencegahan paham ISIS di kalangan Ikatan Persaudaraan Imam Masdjid se-Provinsi Aceh pada hari ini, rabu 30 September 2015.

Dalam paparannya tentang indahnya perbedaan, guru besar yang juga merupakan pengurus pusat Ikatan Persaudaraan Imam Masjid Indonesia (IPIM) ini menjelaskan bahwa perbedaan adalah bagian nyata dalam kehidupan kita, “Kita boleh merasa benar, asal jangan merasa benar sendiri,” tukasnya.

Ia kemudian bercerita tentang banyak kejadian dimana masyarakat masih banyak yang memperlakukan perbedaan secara tidak tepat, perbedaan kecil terlalu mudah diartikan sebagai penistaan atau bahkan pelecahan agama. “Semua perbedaan dalam pengamalan agama memiliki dasarnya masing-masing, mereka yang (sholat subuh) pake doa qunut punya dasar, yang tidak pake qunut juga punya dasar,” jelasnya.

Pada kegiatan dialog yang diikuti sekitar 380-an imam masjid se-Aceh ini, ia mengajak seeluruh peserta yang notabenenya adalah para imam masjid untuk mampu menjadi insan yang berdaya, baik, dan mampu membuat masyarakat nyaman dalam beribadah. “Jangan sampai jadi imam yang bisanya hanya ngimami, tetapi juga harus mampu mengayomi umat.”

Sementara itu, Kompol Nur Azhari, SH, yang datang mewakili Kapolda Aceh yang berhalangan hadir, memberikan paparan tentang data-data kasus terorisme yang ditangani polisi di Aceh. Ia menunjukkan bahwa kasus-kasus terkait terorisme pernah terjadi di serambi mekah ini, namun ia meminta kepada masyarakat untuk bekerjasama mengakhiri persoalan ini. Ia juga mendorong masyarakat untuk aktif memberikan informasi terkait terorisme kepada pihak polisi agar dapat segera ditangani.